Tahun 2023 Tinggal Menghitung Hari, Ekonomi Global Diramal Akan Suram



Tidak lama lagi tahun 2022 akan ditutup dan 2023 tinggal menghitung hari. Sejumlah lembaga internasional memberikan proyeksi bahwa ekonomi global pada tahun depan kurang menyenangkan. Bahkan, dunia diperkirakan akan mengalami resesi pada tahun depan.

Menurut senjumlah media, analis berpendapat ekonomi global akan menembus US$100 triliun untuk pertama kalinya pada 2022, lalu berhenti pada 2023. Resesi ekonomi terjadi karena para pembuat kebijakan melanjutkan perjuangannya melawan inflasi dan harga barang yang melejit.

Ditambah lagi dengan temuan dari International Monetary Fund (IMF). Lembaga internasional ini memperingatkan global bahwa lebih dari sepertiga ekonomi dunia akan terguncang. Ada peluang 25 persen dari PDB global tumbuh kurang dari 2 persen pada 2023. Ini bisa disebut dengan resesi global.

Lalu, pada 2037, PDB dunia akan naik dua kali lipat karena negara berkembang mengejar yang lebih kaya. Keseimbangan kekuatan akan bergeser dan menjadikan Asia Timur dan Pasifik menyumbang lebih dari sepertiga produksi global pada 2037. Pangsa Eropa akan menyusut.

China pun disebut tidak bisa memegang julukan ekonomi terbesar dunia hingga 2036. Hal ini disebabkan oleh Negeri Tirai Bambu yang memberlakukan kebijakan zero Covid-19. Ditambah lagi, Beijing yang mencoba mengambil kendali Taiwan dan berhadapan dengan sanksi perdagangan. Konsekuensi perang ekonomi antara China dan Barat ini bisa lebih parah daripada konflik Rusia-Ukraina.

 

Bagaimana dengan Indonesia?

Pemerintah memang membuat asumsi ekonomi Indonesia tumbuh 5,3 persen pada tahun depan. Ini tercantum di UU No. 28 Tahun 2022 tentang APBN Tahun Anggaran 2023, sesuai dengan kesepakatan bersama DPR.

Akan tetapi, ada risiko perlambatan ekonomi yang mengintai Indonesia. Hal ini dikatakan oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. Sri Mulyani mengatakan ada risiko ekonomi Indonesia melambat jadi 4,7 persen. Sejumlah lembaga internasional pun juga memberikan pandangan serupa. Malah, mereka merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023. Sebut saja Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) semua memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen, lalu merevisinya jadi 4,7 persen.

Kemudian, World Bank merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,1 persen menjadi 4,8 persen. Begitu juga dengan Asian Development Bank (ADB) yang mengubah proyeksi pertumbuhan Indonesia dari 5,4 persen ke 5 persen. IMF juga menurunkan proyeksi dari 5,3 persen ke 5 persen.

 

Lalu, apa yang bisa kita lakukan?

Menurut pakar finansial, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menghadapi ancaman resesi tahun depan.

Pertama, mengidentifikasi kembali pos-pos pengeluaran. Saatnya kamu pilah-pilih pos pengeluaran yang penting dan kurang penting. Tentu saja pos pengeluaran yang penting menjadi prioritasmu. Untuk pos yang kurang penting, Sobat Treasury bisa mengurangi atau menghapusnya terlebih dahulu, seperti bujet belanja baju baru.

Yang kedua, mencari penghasilan tambahan. Tentu saja penghasilan ini bisa menambah pos dana darurat. Ingat, dana darurat ini jumlahnya sebanyak 6-12 kali pengeluaran bulanan, ya, Sobat! Pos ini bertujuan untuk menutup kebutuhan yang mendesak tanpa harus membobol tabungan lainnya.

Ketiga, investasi. Investasi masih worth, kok, untuk menghadapi resesi. Metode ini memang cara yang efektif untuk menghadapi dampak negatif inflasi. Sobat Treasury bisa memilih aset-aset safe haven, seperti emas, untuk dijadikan instrumen investasi.

 

Mengapa emas?

Logam mulia ini punya banyak kelebihan, Sobat Treasury. Pertama, harganya cenderung stabil ketika perekonomian memburuk dan bisa naik setiap tahun. Selain itu, nilai emas tetap terjaga dan sifat logam ini tahan terhadap karat. Yang nggak kalah penting, emas ini termasuk instrumen yang sangat likuid alias dicairkan menjadi uang tunai—maksudnya, gampang dijual. Kamu bisa menjual emas dengan atau tanpa membawa surat-suratnya.

Logam ini juga sekarang tidak hanya bisa dibeli di toko, tetapi juga secara online melalui aplikasi smartphone. Aplikasi emas digital seperti Treasury bisa dijadikan pilihan untuk investasi. Harganya juga sangat terjangkau. Mulai dari Rp5 ribu, kamu sudah bisa langsung mengantongi emas. selain itu, ada banyak keuntungan yang bisa kamu dapatkan dari Treasury. Sebut saja bisa cetak emas digital ke logam mulia batangan melalui fitur Cetak Emas, menjual emas digital sementara agar mendapatkan pendanaan melalui Jamimas, serta Rencana Emas untuk membantumu merencanakan keuangan.

Nggak hanya itu, Sobat Treasury juga bisa membeli koin emas Koin Nusantara dan koleksi perhiasan dari UBS Lifetyle. Mantap banget, kan? Mau coba? Makanya, yuk download aplikasi Treasury sekarang!