Suami Istri Punya Penghasilan, Bagaimana Idealnya Pembagian yang Fair?



Halo Sobat Treasury, bagi kamu para kepala rumah tangga sebagai pemilik jabatan tertinggi sekaligus terhormat di keluarga, punya tugas utama menjaga serta mencari nafkah untuk keberlangsungan keluarga. Namun banyak saat ini banyak wanita juga punya penghasilan. Banyak yang yang bilang kalau uang suami harus disetor semua ke istri sedangkan uang penghasilan istri tak perlu? 

 

Hati-hati mengatur masalah ini. Ingat, permasalahan ekonomi kerap menjadi masalah utama penyebab keretakan rumah tangga lho! Permasalahan uang adalah hal yang sangat sensitif. Rumah tangga banyak yang gagal hanya karena kondisi keuangan yang tidak stabil. Data dari Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, Mahkamah Agung, Republik Indonesia, pada tahun 2020 menunjukkan bahwa 24, 41% perceraian di Indonesia terjadi karena konflik ekonomi. Pasangan suami istri yang bercerai tersebut sering berbeda pendapat mengenai manajemen keuangan rumah tangga.

 

Tentu kamu lebih paham apa yang harus kamu lakukan sebagai pasangan yang sama-sama berpenghasilan, namun beberapa ahli keuangan menyarankan bagaimanakah idealnya seorang suami mengatur keuangan dalam keluarganya?

 

Selaraskan Dulu Perencanaan dan Tujuan Finansial

 

Lahir dan besar dengan kultur dan status sosial yang berbeda, sepasang suami tentu punya kebiasaan pengelolaan keuangan yang tidak sama. Contoh,kamu sebagai suami sejak kecil diajarkan untuk membeli barang berdasarkan prioritas dan bujet. Sedangkan, istri kamu terbiasa membeli barang berdasarkan keinginan, bukan kebutuhan. Jika keduanya tidak dapat memahami atau menyesuaikan diri, bisa timbul perasaan terkekang dan memicu konflik.  

 

Untuk meminimalisir perbedaan maka diperlukan persamaan persepsi untuk mencapai tujuan keuangan di masa depan. Tujuan keuangannya tidak harus sama persis, sih, karena masing-masing pasti punya target pribadi yang mungkin ingin diraih. Namun, merencanakan masa depan bersama-sama bisa membantu mengatasi kamu dan pasangan saat ada tantangan keuangan yang menghadang.

 

Contoh tujuan keuangan yang perlu dibicarakan bersama adalah apakah beli rumah atau mobil dulu, menyiapkan dana pensiun dengan menabung atau berinvestasi, atau kapan mau punya anak, serta bagaimana dan berapa biaya pengasuhan anak dari lahir hingga kebutuhan pendidikan hingga lulus kuliah.

 

Membuat Bagian Milikku, Milikmu, dan Milik Kita

 

Hal yang suka bikin rumit adalah ketika suami dan istri sama-sama berpenghasilan, lalu bagaimana cara membaginya? Hal pertama yang harus dilakukan adalah menjumlahkan kedua gaji terlebih dahulu. Lalu hitunglah berapa persentase yang menjadi jatah suami istri dengan cara membagi gaji masing-masing dengan total gaji yang didapatkan. Hasil dari persentase yang didapatkan adalah yang harus hitung kebutuhan keluarga setiap bulannya. 

 

Misalnya: gaji istri Rp 8 juta dan gaji suami Rp 15 juta. Total gaji keduanya Rp 23 juta Setelah itu, hitunglah persentasenya dengan cara membagi total gaji individu dengan total gaji suami dan istri. Maka istri (Rp 8.000.000 / Rp 23.000.000 = 40 persen) dan untuk suami (Rp 15.000.000 / Rp 23.000.000 = 60 persen). Dengan demikian total yang perlu disetorkan oleh istri adalah sebesar 40 persen dari Rp 8.000.000 = Rp 3.200.000 sedangkan untuk suami 60 persen dari Rp 15.000.000 = Rp 9.000.000. Sehingga total uang bulanan yang harus disetor bersama adalah Rp12.200.000.

 

Dengan melakukan hal yang di atas, akan semakin adil bukan? Suami sebagai leader tentu harus mengeluarkan lebih besar 60 persen. Jadi tidak perlu kebingungan lagi dan merasa sakit hati karena gajinya dipotong. Toh sudah dibagi dengan persentase yang sesuai tanggungjawab dan segala kebutuhan. Tentunya persentase di atas butuh kesepakatan.

 

Jangan Ambil Keputusan sepihak untuk Menguntungkan Diri Sendiri

 

Selain metode persentase, bisa juga dilakukan adalah berdasarkan kesepakatan bersama. Misalnya istri akan menyisihkan sebagian dari gaji untuk membiayai kebutuhan dapur, dan pengeluaran rutin lainnya yang terjadi setiap bulan seperti biaya listrik, air, internet, dan pulsa. Sebaliknya sang suami membayarkan sisa dari pengeluaran yang terjadi dalam satu bulan seperti membayar cicilan rumah, kendaraan, membayar premi asuransi, membayar biaya sekolah anak, dan investasi. 

 

Hal ini disesuaikan tergantung berapa jumlah gaji yang diterima setiap bulannya. Jika gaji yang diterima suami dua kali lipat dibandingkan dengan gaji yang diterima oleh istri, maka tidak ada salahnya jika suami mengeluarkan uang yang lebih banyak dibandingkan istri. Namun sekali lagi harus didasarkan dengan kesepakatan bersama, dan tidak boleh mengambil keputusan sepihak untuk menguntungkan diri sendiri. 



 

Sisihkan Dana Darurat dan Utang Jadi Tanggung Jawab Bersama

 

Dalam hukum pernikahan di Indonesia, setiap harta benda yang diperoleh istri dan suami selama masa pernikahan menjadi harta bersama, kecuali harta bawaan dari masing-masing seperti harta warisan, adalah di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain. Dalam Undang-Undang Hukum Perdata  juga diatur bahwa semua utang kedua suami istri itu bersama-sama, yang dibuat selama perkawinan, harus dihitung sebagai kerugian bersama. Oleh karena itu, setelah menikah, utang suami dapat menjadi utang istri dan sebaliknya. Untuk itu masalah utang maka harus disisihkan dari pendapatan berdua. 

 

Hal yang penting, jangan pula lupa untuk menyisihkan sebagian dari gaji suami dan istri untuk tabungan. Karena tabungan ini akan sangat membantu jika keluarga sedang membutuhkan dana darurat. Idealnya, dana darurat keluarga sebesar 6-12 kali lipat gaji bulanan. Besarannya bisa menyesuaikan dengan jumlah anggota keluarga dan kebutuhan bulanan.

 

Untuk penyimpanan dana darurat idealnya disimpan di tempat yang mudah dicairkan atau bersifat likuid seperti rekening bank, reksadana dan juga emas. Poinnya harus  berinvestasi rendah risiko dan mudah dicairkan seandainya terjadi situasi mendesak, kamu bisa mendapatkan uangnya segera. dan tentunya bisa dapatkan imbal hasil.  

 

Kabar baiknya buat kamu yang memilih investasi dana darurat lewat investasi emas, Di Treasury kamu bisa membeli emas dengan mudah dan murah, mulai dari Rp5 ribu!

Jangan khawatir dengan legalitas dan keamanan Treasury. Treasury, merupakan pedagang emas fisik digital pertama yang berlisensi BAPPEBTI.  Transaksi digital terjamin aman karena telah terdaftar di KOMINFO dan berpartner dengan ICH untuk menjamin keamanan transaksi pengguna. Treasury Merupakan anggota dari ICDX yang merupakan lembaga kliring serta bursa berjangka. Transaksinya pun aman karena merupakan anggota dari ICDX yang merupakan lembaga kliring serta bursa berjangka yang diawasi oleh BAPPEBTI. 

Fitur-fitur lainnya dari Treasury pun nggak kalah menarik. Kamu bisa punya tabungan emas berjangka dengan bunga  s.d 9% p.a di Panen Emas. Atau bisa juga menjual sementara emasmu di Jamimas dengan biaya rendah, pencairan dananya cepat lho! Beli perhiasan dan koin emas Koin Nusantara pun bisa kamu lakukan di sini!

Menarik banget, kan? Yuk investasi emas di Treasury sekarang!