Sriwijaya, Dongeng Pulau Emas, dan Runtuhnya `Dunia Air`



Dalam cerita rakyat Indonesia, “pulau emas” menjadi populer di kalangan masyarakat. Misalnya, kaba “Cindua Mato”dari Minangkabau dan “tanoh mas” dalam folklore Lampung.

Tak hanya itu, “pulau emas” pun juga disebut-sebut dalam naskah-naskah kuno. Dalam catatan seorang musafir asal China, I Tsing, tertulis juga nama “chin chou” atau negeri emas. Naskah Budha yang tertua, Kitab Jataka, menyebutkan para pelaut India menyeberangi Teluk Benggala ke Suwarnabhumi. Di kisah Ramayana, diceritakan Dewi Sinta—istri Rama—diculik oleh Rahwana sampai Suwarnadwipa (pulau emas).

Istilah “pulau emas” ini mengarah ke Sumatera. Ya, pulau ini terkenal sejak zaman dulu karena kandungan emas. Bahkan, Sumatera disebut sebagai suwarnabhumi (tanah emas). Setelah diteliti, “pulau emas” ini diyakini sebagai sebuah kerajaan yang besar di Nusantara. Kerajaan tersebut memiliki armada maritim kuat yang menguasai Indonesia dan sebagian besar wilayah Asia Tenggara selama ratusan tahun. Kerajaan itu bernama Sriwijaya. Akan tetapi, kerajaan ini menghilang sekitar abad ke-14.

Pada awal abad ke-20, seorang sejarahwan Perancis, George Coedes, menemukan kembali nama “Sriwijaya” dari manuskrip China dan prasasti batu. Banyak informasi terkandung di dalam manuskrip dan prasasti itu, seperti ular pemakan manusia, tanah emas yang dikelilingi oleh gunung api, serta burung beo warna-warni yang bisa menirukan banyak bahasa.

Tak lama kemudian, dimulailah pencarian “kota yang hilang”. Pencarian bukti fisik memang susah ditemukan karena Sriwijaya merupakan “kerajaan terapung”. Sebagian besar masyarakat kerajaan ini tinggal di rumah apung yang terbuat dari kayu, bambu, dan jerami. Lingkungan ini membuat mereka bergerak dengan kano. Kala itu, belum bisa dipastikan dengan jelas lokasi persis Kerajaan Sriwijaya.

 

Bermula dari Penemuan Artefak oleh Nelayan

Kini, legenda itu makin jelas setelah ada penemuan artefak emas oleh nelayan-nelayan di Sungai Musi. Mereka menemukan sejumlah peninggalan bersejarah di jaringnya. Hasil tangkapan nelayan ini berupa harta karun yang nilainya luar biasa. Sebut saja patung Buddha pada abad ke-8. Patung ini berukuran nyata dan bertatahkan permata. Ada juga perhiasan permata yang dikenakan oleh raja.

Seorang arkeolog maritim dari Inggris, Sean Kingsley, menjabarkan sederet temuan bekas peninggalan Sriwijaya. Ada uang koin—termasuk dari emas—dari semua periode, patung emas dan Budha, serta permata beraneka macam. Cincin emas, perangko pedagang, serta tembikar dalam jumlah yang besar pun ditemukan. “Segala macam hal yang mungkin kamu baca di Sinbad The Sailor dan mengira itu dibuat-buat. Itu benar-benar nyata,” kata Kingsley.

Penemuan ini menjadi bukti bahwa Sriwijaya adalah “dunia air” yang dicatat di naskah-naskah kuno. Ketika peradabannya berakhir, semua istana, kuil, hingga rumah tenggelam beserta isinya.

 

Lokasinya Strategis, Tapi Kok Bisa Lenyap?

Sriwijaya ini berada di tempat yang strategis di sepanjang Jalur Sutera. Kerajaan yang menguasai Selat Malaka ini bisa mengendalikan perdagangan antara Timur dan Barat pada tahun 600-1025. Malah, tak ada kapal yang bisa mencapai India dan China tanpa melewati Sriwijaya.

Namun, pengaruh Sriwijaya memudar ketika terjadi peperangan dengan Dinasti Chola di India. Meskipun tajinya melemah, perdagangan di sana berlanjut selama dua abad. Sang pangeran terakhir Sriwijaya, Parameswara, berusaha mendapatkan kendali di wilayah itu pada 1390-an, tapi kalah oleh pasukan Majapahit dari Jawa.

Seperti yang disebutkan di atas, Sriwijaya tiba-tiba lenyap pada abad ke-14. Tak diketahui penyebab pastinya. Namun, sejumlah arkeolog meyakini ada dua kemungkinan hilangnya peradaban Sriwijaya.

Pertama, tenggelam di sungai. Ada kemungkinan kota ini dibangun di atas sungai dengan sebagian besar strukturnya terbuat dari kayu yang mudah rapuh. Gaya arsitektur kota air ini masih terlihat di beberapa sungai di Asia Tenggara. Rumah-rumah dibangun di atas rakit dan diikat seperti kota terapung.

Kedua, terdampak oleh letusan gunung berapi. Aktivitas vulkanis gunung berapi di Sumatera bisa mengubur situs Sriwijaya dan sejumlah peninggalannya. Seperti yang dibahas bulan sebelumnya, ternyata Sriwijaya ini merupakan kerajaan yang kaya. Banyak artefak ditemukan, seperti koin emas.

Kamu ingin punya koin emas? Tentu benda ini bisa kamu miliki. Sobat bisa membelinya melalui aplikasi emas digital seperti Treasury. Koin Nusantara merupakan koin emas yang diproduksi oleh PT Untung Bersama Sejahtera (UBS) untuk Treasury. Elemen desainnya terinspirasi oleh koin dinar dan budaya di seluruh Nusantara.

Koin ini terbuat dari emas 24 karat dan tersedia dalam dua edisi, yaitu 1 Dinar Padang 4,4 gram dan 0,5 Edisi Dinar Lombok (2,2 gram).

 

Banyak keuntungan yang kamu dapatkan investasi emas di Treasury. 

Jaminan kepemilikan Logam Mulia di UBS (PT Untung Bersama Sejahtera), sesuai dengan gramasi emas yang Kamu miliki di aplikasi Treasury. Kamu bisa mencetaknya menjadi Logam Mulia (emas fisik) mulai dari 0,1 gram, kapanpun kamu membutuhkan, atau mencairkannya menjadi uang tunai hanya dalam 2x24 jam.

Lebih dari itu, kamu juga bisa mewariskan investasi emas, membuat rencana masa dengan fitur Rencana Emas, transfer emas, serta membeli berbagai koleksi perhiasan terbaru dari UBS Lifestyle. Makanya, download aplikasi Treasury sekarang!