Pesona Perhiasan Emas Aceh: Bernilai Seni Tinggi Sampai Diburu Kolektor Dunia



Punya ratusan suku membuat Indonesia memiliki banyak keragaman budaya. Setiap suku punya ciri khas dalam kebudayaan, seperti bahasa, pakaian, dan perhiasan tradisional.

Aceh merupakan salah satu daerah yang kental dengan budayanya. Daerah ini punya banyak jenis perhiasan. Keberadaan perhiasan Aceh memang telah lama mengundang para peneliti asing. Misalnya, seorang petinggi Belanda, T. J. Veltman yang menyebutkan ada 250 jenis perhiasan di Aceh—saat bertugas di Aceh pada tahun 1900-an. Nilai seni perhiasan ini sangat tinggi dan rata-rata usianya lebih dari 100 tahun.

Peneliti asal Australia, Barbara Leigh, mengatakan di Aceh ada banyak perajin perhiasan. Dalam penelitiannya, Leigh menyebut para seniman ini menghasilkan perhiasan dan kerajian yang mengagumkan dunia. Pada umumnya, perhiasan yang dipakai oleh masyarakat Aceh ini terbuat dari emas, perak, dan suasa. Jarang sekali orang Aceh yang memakai perhiasan imitasi.

Mengapa masyarakat Aceh lekat dengan emas? Di sana mereka menggunakan emas sebagai investasi, selain untuk menghias diri. Pada tempo dulu, masyarakat Aceh tergolong jarang menyimpan uang dalam bentuk tunai, kecuali untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka cenderung menyimpan uang mereka dalam bentuk emas, termasuk perhiasan emas.

Keanekaragaman perhiasan emas ini juga disebabkan oleh kondisi geografis di Aceh. Sekadar informasi, Aceh terletak di Pulau Sumatera. Pulau ini juga terkenal dengan kaya emas sejak zaman dulu. Kekayaan emas ini membuat para perajin “tertantang” untuk menghasilkan perhiasan yang bernilai tinggi.

 

Sejarah Panjang Perhiasan Aceh

Seni perhiasan Aceh ini tak lepas dari pengaruh Turki. Pada masa lampau, Kerajaan Aceh pernah mengirim utusan ke Kerajaan Turki untuk menjalin kerja sama dan meminta bantuan untuk mengusir Portugis di Selat Malaka. Kemudian, Turki mengirimkan utusan ke Aceh. Utusan ini terdiri atas berbagai ahli, seperti ahli penempaan meriam dan penempaan emas. Ada kemungkinan masyarakat Aceh belajar membuat perhiasan dari para utusan Turki.

Bangsawan Inggris, John Davis, pernah mengunjungi Aceh pada 1598. Davis menyebutkan banyak emas yang diperdagangkan kala itu. Bahkan, emas pun dilekatkan di makam para raja Aceh. Seni perhiasan Aceh yang berkembang pesat pun juga diperkuat dengan laporan orang Perancis, Agustin de Beauliu. Beauliu menyebutkan ada 300 perajin emas—sebutannya utoh meuih—di istana Sultan Iskandar Muda.

 

Diburu Kolektor

Sejak zaman dulu, perhiasan tradisional Aceh terkenal dengan nilai seninya yang tinggi. Para utoh (perajin penghiasan) membuat kerajinan ini dengan sangat rapi dan mengerjakannya dengan tekun dan penuh kehati-hatian. Saat membuat perhiasan, utoh lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Mereka menggunakan penghayatan seni untuk membuat suatu perhiasan.

Tak sedikit kolektor perhiasan dunia yang memburu perhiasan Aceh buatan zaman lampau. Selain kualitasnya bagus, perhiasan ini punya bentuk dan model yang klasik sehingga punya nilai seni tersendiri. Dalam laporan penelitian Leigh, disebutkan perhiasan tradisional itu berhubungan dengan kehidupan masyarakat Aceh, seperti kultural dan keagamaan.

 

Ragam Perhiasan Tradisional Aceh

Motif yang digunakan di perhiasan tradisional Aceh ini tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Tak heran mayoritas motifnya berupa sulur tanaman dan bunga-bungaan. Ada juga perhiasan yang bermotif hewan seperti burung dan ikan. Salah satu perhiasan Aceh adalah cupeng. Perhiasan ini digunakan untuk menutup kemaluan anak perempuan usia 1-4 tahun. Cupeng ini berbentuk daun sirih serta terbuat dari emas dan permata. Ada juga yang terbuat dari perak dan suasa. Motifnya ini bervariasi tergantung dari kesukaan orang tua anak.

Selain cupeng, ada juga jenis-jenis lainnya perhiasan tradisional di Aceh. Misalnya, subang aceh. Subang ini merupakan anting-anting tradisional yang berbentuk bunga matahari yang berujung kelopak runcing. Subang aceh terbuat dari emas dan perak dengan diameter 6 cm. Perhiasan ini juga disebut dengan subang bungong mata uro (bunga matahari).

Selanjutnya, ada yang namanya peuniti. Penyemat baju wanita ini terbuat dari emas dengan tiga motif hiasan dari pinto aceh—pintu rumah Aceh. Motif ini berupa bulatan kecil seperti telur ikan, pucuk pakis, dan bunga.

Selain wanita, perhiasan juga dipakai oleh kaum adam, yaitu ayeum gumbak. Perhiasan ini dipakai dalam acara-acara tertentu, seperti pernikahan dan acara adat. Ayeum gumbak dipasang di sisi kanan tengkulok kupiah meukotob. Perhiasan ini terbuat dari emas atau perak yang berlapis emas, serta permata.

Menyoal perhiasan tradisional, ada lagi emas yang memiliki sentuhan budaya di Nusantara dan koin dinar, yaitu Koin Nusantara. Koin emas ini diproduksi oleh PT Untung Bersama Sejahtera (UBS) untuk Treasury. Koin Nusantara terbuat dari emas 24 karat dan tersedia dalam dua ukuran. Pertama, Koin Nusantara edisi 1 Dinar Padang yang seberat 4,4 gram. Kedua, Koin Nusantara Edisi 0,5 Dinar Lombok yang berukuran 2,2 gram.

 

Banyak keuntungan yang kamu dapatkan investasi emas di Treasury.

Jaminan kepemilikan Logam Mulia di UBS (PT Untung Bersama Sejahtera), sesuai dengan gramasi emas yang Kamu miliki di aplikasi Treasury. Kamu bisa mencetaknya menjadi Logam Mulia (emas fisik) mulai dari 0,1 gram, kapanpun kamu membutuhkan, atau mencairkannya menjadi uang tunai hanya dalam 2x24 jam.

Lebih dari itu, kamu juga bisa mewariskan investasi emas, membuat rencana masa dengan fitur Rencana Emas, transfer emas, serta membeli berbagai koleksi perhiasan terbaru dari UBS Lifestyle. Makanya, download aplikasi Treasury sekarang!