Harga Emas Pekan Diprediksi Stabil dengan Postur Bullish karena Melambatnya Inflasi



Sepanjang pekan lalu harga emas melesat seiring melemahnya dolar Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya permintaan terhadap safe-haven. Indikasi adanya perlambatan laju inflasi berdasarkan data konsumsi warga AS yang bakal dirilis pekan ini diharapkan mampu membuat The Fed kian yakin terhadap pelonggaran kebijakan moneter sehingga menguntungkan harga emas pekan ini.

Pada perdagangan Jumat (23/2/2024) harga emas di pasar spot ditutup menguat 0,57% di posisi US$ 2035,72 per troy ons. Dalam seminggu terakhir, harga emas membukukan kenaikan 1,05% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga bertambah 1,08%.

Harga emas mencatatkan kenaikan secara mingguan didukung oleh pelemahan dolar dan permintaan safe-haven dari meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, bahkan ketika pejabat The Federal Reserve (The Fed) AS meremehkan harapan penurunan suku bunga awal tahun ini.

Indeks dolar turun 0,2% di level 103,94 pada perdagangan Jumat (23/2/2024) dan menuju penurunan mingguan pertama dalam hampir dua bulan karena investor mengambil jeda dari reli baru-baru ini yang dibangun di atas ekspektasi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan menunda penurunan suku bunga. Imbal hasil Treasury AS juga turun selama seminggu di level 4,26%, membuat emas batangan yang dihargakan dalam greenback lebih murah bagi pembeli di luar negeri.

Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas memang sedang bullish. Terbukti dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 54,76. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun perlu diperhatikan, indikator Stochastic RSI sudah berada di 96,2. Cukup jauh di atas 80, yang berarti tergolong jenuh beli (overbought).

Survei Emas Mingguan Kitco News terbaru menunjukkan, bahwa menjelang minggu terakhir bulan Februari harga emas akan bertahan stabil dengan postur bullish yang relatif seimbang.

 

Review Harga Emas Pekan Lalu

Harga emas dunia pekan lalu ditutup menguat pada akhir pekan, Jumat (23/2/2024) mematahkan tren penyusutan dalam dua hari sebelumnya, atau menguat 0,57% ke posisi US$ 2035,71 per troy ons. Penguatan ini akhirnya menutup tren pelemahan selama dua hari sebelumnya dan mengakumulasi kekuatan selama seminggu sebesar 1,12%.

Penguatan mingguan tersebut juga menghapus pelemahan yang terjadi selama 2 pekan beruntun. Harga emas tetap bertahan di psikologis US$2.000 per troy ons setelah sempat jatuh ke level psikologis US$1.900 pada perdagangan 16 Februari 2024.

Penguatan emas selama seminggu terakhir disinyalir terdorong dari meredanya tekanan indeks dolar Amerika Serikat (AS). Dibandingkan posisi minggu lalu, pada akhir pekan ini DXY telah melandai dari 104,29 menjadi 103,93.

Mulai menanjaknya harga emas setelah dua minggu dalam tren turun tampaknya sudah menunjukkan respon pasar yang price-in terhadap nada bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) yang tak buru-buru memangkas suku bunga.

Risalah pertemuan kebijakan terbaru The Fed yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan mayoritas pengambil kebijakan bank sentral khawatir terhadap risiko penurunan suku bunga terlalu cepat.

Suku bunga yang lebih rendah meningkatkan daya tarik untuk memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil. Menurut CME Fed Watch Tool, pasar memperkirakan sekitar 66% kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan Juni 2024.

Selanjutnya, investor masih tetap mencermati berbagai data yang masih mempengaruhi sikap the Fed terhadap suku bunga, terutama dari kondisi pasar tenaga kerja dan inflasi. Di lain sisi, risiko geopolitik tampaknya masih akan mendukung aspek emas sebagai safe-haven. Konflik di Timur Tengah semakin intensif dengan pemboman Israel terhadap Rafah di selatan Gaza, kemudian juga menyusul front perang baru hingga Laut Merah.

Investor saat ini juga memahami sedang berada dalam posisi yang tidak tepat untuk siklus pemangkasan suku bunga The Fed. Oleh karena itu ketidakpastian di pasar masih akan meningkat.

Pekan ini fokus pasar pada data Personal Consumption Expenditure (PCE), yang merupakan indikator inflasi pilihan bank sentral Federal Reserve. Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg memperkirakan inflasi PCE secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Januari ada di 2,4%. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 2,6%.

Perlambatan laju inflasi diharapkan mampu membuat The Fed kian yakin terhadap pelonggaran kebijakan moneter. Harapan akan penurunan suku bunga acuan tahun ini akan makin terbuka jika inflasi tidak lagi meninggi. Prospek penurunan suku bunga acuan tentu menjadi sentimen negatif bagi dolar AS. Saat dolar AS lesu, biasanya harga emas memang melaju.

 

Saatnya Investasi Emas, Mulai dari Rp5.000-an  

Sobat Treasury, tren naik turunnya harga emas harian tak perlu dikhawatirkan karena secara akumulatif pasti ada tren kenaikan setiap tahunnya, karena idealnya harga emas memang investasi jangka menengah dan jangka panjang. Kini, Sobat bisa membeli emas dengan mudah dan murah, mulai dari Rp 5.000an di Treasury!

Jangan khawatir dengan legalitas dan keamanan Treasury. Treasury, merupakan pedagang emas fisik digital pertama yang berlisensi BAPPEBTI.  Transaksi digital terjamin aman karena telah terdaftar di KOMINFO dan berpartner dengan ICH untuk menjamin keamanan transaksi pengguna. Treasury Merupakan anggota dari ICDX yang merupakan lembaga kliring serta bursa berjangka. Transaksinya pun aman karena merupakan anggota dari ICDX yang merupakan lembaga kliring serta bursa berjangka yang diawasi oleh BAPPEBTI. 

Fitur-fitur lainnya dari Treasury pun nggak kalah menarik. Kamu bisa punya tabungan emas berjangka dengan bunga  s.d 9% p.a di Panen Emas. Atau bisa juga menjual sementara emasmu di Jamimas dengan biaya rendah, pencairan dananya cepat lho! 

Menarik banget, kan? Yuk investasi emas di Treasury sekarang!