Harga emas Pekan Ini Diperkirakan Bergerak Volatile Jelang FOMC The Fed



Harga emas dunia pada pekan depan diprediksi bergerak volatile menjelang pertemuan The Fed atau Federal Open Market Committee (FOMC). Pelaku pasar menunggu apakah akan melakukan aksi beli atau jual emas seraya menanti arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) pada acara FOMC yang digelar pada 19-20 September 2023 itu. Selain menunggu hasil kebijakan suku bunga, pelaku pasar juga menunggu sinyal kebijakan ke depan atau setelah September.

Harga emas di Apps Treasury hari ini, Senin (18/09/2023) bergerak melandai. Harga emas dibuka pada harga Rp983.111 per gram, sempat turun Rp981.705 per gram pukul 07:00 WIB lalu sempat naik lagi Rp983.327 per gram. Dalam hari ini hingga pukul 08:00 WIB, harga beli emas di Apps Treasury Rp982.724 per gram atau turun -0.04 persen (Rp387) dari pembukaan awal, dengan harga jual emas Rp951.162 per gram.

Sedangkan harga emas di pasar spot pada perdagangan hari ini, Senin (18/9/2023), ada di posisi US$ 1.922,96 per troy ons. Harganya melemah 0,03%. Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan sebesar 0,69% pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (15/9/2023). Secara keseluruhan, harga emas menguat 0,30% pada pekan lalu. Penguatan berbanding terbalik dengan pekan sebelumnya di mana emas ambruk 1,08%. 

Pekan depan diproyeksikan akan terjadi tarik ukur harga emas dunia. Hal ini akan terlihat jelas pekan depan ketika The Fed merilis putusan kebijakan moneter terbaru dan memperbarui proyeksi ekonomi. Bank Sentral AS tersebut memang diperkirakan tidak akan menaikan suku bunga pada pekan ini, namun Ketua The Fed Jerome Powell diperkirakan akan mempertahankan sikap hawkish terhadap kebijakan moneter.

"Apa yang dilakukan Powell terkesan hawkish lantaran pejabat The Fed tidak akan menutup kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut," kata analis suku bunga di TD Securities.

Kendati wacana Powell dapat membatasi pergerakan emas, para analis menilai bahwa kebijakan moneter telah kehilangan efektivitasnya. "Pesan keseluruhan di antara bank-bank sentral global adalah bahwa kenaikan suku bunga akan segera berakhir. Hal ini merupakan bullish (penguat) bagi emas," ujar Analis Pasar Senior OANDA, Edward Moya.

Sedangkan Analis Komoditas Lukman Leong mengatakan, pada FOMC pekan depan, The Fed diprediksi akan menahan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) di level saat ini yaitu kisaran 5,25 persen-5,50 persen. Meski demikian, menurutnya Ketua The Fed Jerome Powell masih akan memberikan pernyataan yang tegas terkait kebijakan pengetatan suku bunga dengan menaikkan suku bunga 25 basis poin (bps) ke level 5,75 persen satu kali lagi hingga akhir 2023. 

"Walau pada FOMC minggu depan The Fed dipekirakan akan mempertahankan suku bunga, namun besar kemungkinan Powell akan memberikan pernyataan yang hawkish," ujar Lukman kepada Bisnis. Pasalnya, tingkat inflasi AS tersebut belum juga menyentuh target 2 persen, sehingga membuka opsi bagi Bank Sentral AS untuk kembali mengerek suku bunga acuan.

"Peluang untuk sekali lagi kenaikan suku bunga dari The Fed hingga akhir tahun telah naik ke kisaran 35 persen, lebih tinggi dari 20 persen pada bulan lalu," kata dia. Menurutnya, sentimen lain yang perlu diperhatikan investor yang berdampak terhadap harga emas adalah pelambatan ekonomi global, serta permintaan dari Bank Sentral di berbagai negara. "Menjelang FOMC The Fed pekan depan, harga emas diperkirakan masih akan tertekan hingga US$1.900," pungkas Lukman.

 

Review Harga Emas Pekan Lalu 

Harga emas di pasar spot pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (15/9/2023), ditutup di posisi US$ 1.923,58 per troy ons. Harga emas menguat tajam 0,69%.

Posisi tersebut adalah yang terkuat sejak 5 September 2023 atau delapan perdagangan terakhir.Penguatan kemarin juga memperpanjang tren positif emas yang pada hari sebelumnya menguat 0,21%. Secara keseluruhan, harga emas menguat 0,30% pada pekan ini. Penguatan berbanding terbalik dengan pekan sebelumnya di mana emas ambruk 1,08%.

Sepanjang pekan lalu, harga emas sangat fluktuatif. Emas menguat pada Senin tetapi kemudian jatuh pada Selasa dan Rabu dengan pelemahan hingga 0,80%. Emas kemudian bangkit pada Kamis dan Jumat. Harga emas sangat dipengaruhi oleh perilaku pelaku pasar menanggapi data-data ekonomi AS. Seperti diketahui, AS mengeluarkan sejumlah data penting pekan ini mulai dari inflasi hingga indeks harga produsen (IPP) Agustus serta klaim pengangguran bulanan.

AS mengumumkan inflasi sebesar 3,7% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada Agustus 2023, naik dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,2% YoY. Inflasi tersebut adalah yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir dan hampir dua kali lipat lebih tinggi dari target bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed). Namun, inflasi inti melandai sesuai ekspektasi ke 4,3% YoY dibandingkan periode bulan sebelumnya sebesar 4,7%.

Data klaim pengangguran AS untuk pekan yang berakhir 9 September 2023 naik ke 220.000 dibandingkan minggu sebelumnya sebesar 217.000. Nilai tersebut masih berada di bawah ekspektasi pasar yang proyeksi bisa naik ke 225.000.

Kemudian ada data penjualan ritel AS untuk periode Agustus 2023 tumbuh 0,6% secara bulanan (MoM) dibandingkan sebelumnya sebesar 0,5% MoM. Sementara itu data inflasi untuk produsen atau producer price index (PPI) periode Agustus 2023naik 1,2% (yoy), lebih panas dibandingkan konsensus sebesar 1,2% dan bulan sebelumnya sebesar 0,8%.

Data-Data ekonomi AS sebenarnya mendukung The Fed untuk melanjutkan kebijakan ketatnya. Namun, market sepertinya sudah priced in dengan kemungkinan The Fed akan mempertahankan suku bunga pada pekan depan sehingga kekhawatiran mereda dan emas pun menguat. Perangkat CME Fedwatch menunjukkan 99% investor yakin The Fed akan menahan suku bunga acuan di 5,25%-5,5% dalam pertemuan pekan depan. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan sebelumnya yang hanya 97%.

Selain pelaku pasar yang sudah priced in, kenaikan harga emas pekan lalu juga didukung oleh membaiknya ekonomi China serta kekhawatiran pelaku pasar terhadap aksi demo besar-besaran di AS. Penjualan ritel China tumbuh 4,9% (yoy) pada Agustus, jauh lebih tinggi dibandingkan Juli yang tercatat 2,5%. Konsumsi jasa China juga sudah menanjak 19,4%. Perbaikan data ini tentu saja menjadi kabar baik bagi emas karena China adalah konsumen terbesar emas di dunia.

Salah satu penyebab kenaikan emas adalah kekhawatiran mengenai demo besar-besaran pekerja otomotif di Detroit, Amerika Serikat (AS). Sekitar 13.000 pekerja otomotif  mogok kerja dan menuntut kenaikan gaji. Aksi ini menimbulkan kekhawatiran mengingat besarnya jumlah pekerja serta dampak yang mungkin ditimbulkan. Ini terjadi setelah serikat pekerja dan produsen mobil gagal mencapai kesepakatan mengenai kontrak kerja baru pada Kamis (14/9/2023) waktu setempat. Emas adalah aset aman yang dicari saat terjadi ketidakpastian.  

 

Saatnya Investasi Emas, Mulai dari Rp5.000-an  

Sobat Treasury, tren naik turunnya harga beli dan jual emas harian tak perlu dikhawatirkan karena secara akumulatif pasti ada tren kenaikan setiap tahunnya, karena idealnya harga emas memang investasi jangka menengah dan jangka panjang. Kini, Sobat bisa membeli emas dengan mudah dan murah, mulai dari Rp5 ribu di  Treasury!

Jangan khawatir dengan legalitas dan keamanan Treasury. Treasury, merupakan pedagang emas fisik digital pertama yang berlisensi BAPPEBTI.  Transaksi digital terjamin aman karena telah terdaftar di KOMINFO dan berpartner dengan ICH untuk menjamin keamanan transaksi pengguna. Treasury Merupakan anggota dari ICDX yang merupakan lembaga kliring serta bursa berjangka. Transaksinya pun aman karena merupakan anggota dari ICDX yang merupakan lembaga kliring serta bursa berjangka yang diawasi oleh BAPPEBTI. 

Fitur-fitur lainnya dari Treasury pun nggak kalah menarik. Kamu bisa punya tabungan emas berjangka dengan bunga  s.d 9% p.a di Panen Emas. Atau bisa juga menjual sementara emasmu di Jamimas dengan biaya rendah, pencairan dananya cepat lho! Beli perhiasan dan koin emas Koin Nusantara pun bisa kamu lakukan di sini!

Menarik banget, kan? Yuk investasi emas di Treasury sekarang!