Harga Emas Menguat Setelah Powell Menyebut Disinflasi Sudah Dimulai



Harga emas naik setelah Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell, berkomentar bahwa proses disinflasi telah berlangsung. Setelah ada pernyataan ini, dolar AS pun tergelincir. 

Harga emas berjangka AS naik 0,03 persen ke US$1.885,4 per ons. Sebaliknya, harga emas spot justru turun 0,06 persen ke US$1.872,65 per ons. Harga emas Treasury hari ini melemah 0,13 persen ke Rp943.636 per gram. Dibandingkan dengan kemarin, harganya juga lebih murah 0,06 persen. 

Dalam pidatonya, Powell mengatakan disinflasi telah dimulai. Dia pun tidak menyangka efek kebijakan suku bunga Fed akan berdampak sekuat itu. Untuk menekan inflasi, ujar dia, perlu makan waktu yang lama.  “Menurut saya, kami tidak menyangka akan sekuat itu. Ini menunjukkan alasan kami (menekan inflasi) menjadi proses yang akan memakan waktu yang lama,” kata Powell. Inflasi yang turun tanpa mengorbankan pasar tenaga kerja yang ketat, kata dia, adalah hal yang baik. 

Powell melanjutkan suku bunga acuan harus tetap di batas tertentu untuk beberapa waktu. Kenaikan suku bunga akan mempertimbangkan data-data yang masuk. Kalau inflasi naik mengejutkan, Fed akan menaikkan suku bunga lebih daripada yang diperkirakan pasar. “Jika terus mendapatkan laporan inflasi lebih tinggi, kami harus menaikkannya lebih banyak,” kata dia.

Powell juga mengatakan laporan ketenagakerjaan yang kuat menggarisbawahi ekspektasi jalan menuju inflasi ke 2 persen akan menjadi cepat dan tidak menyakitkan itu salah. “Jika data yang terus datang itu lebih kuat daripada yang diharapkan, kami menyimpulkan bahwa perlu menaikkan lebih banyak dan akan melakukannya,” kata dia.

Memang, kata Powell, penurunan suku bunga akan terjadi tahun ini. Tetapi, tekanan harga turun hingga 2 persen tidak akan terjadi hingga tahun depan. Ini menjadi tantangan 2023 karena disinflasi di sektor jasa belum terjadi dan penurunannya memerlukan waktu. 

 

Apa Kata Analis

Selama setahun, Federal Reserve telah menaikkan suku bunga sebesar 450 basis poin. Suku bunga pun terbang dari 0,25 persen dari Maret 2020 ke 4,75 persen. Dolar AS turun 0,27 persen ke 103,34 setelah dia berpidato. Penurunan indeks dolar AS menjadi tenaga bagi emas. Logam mulia ini pun naik 0,8 persen pada awal sesi.

“Kita mungkin naik sedikit lebih tinggi. Tapi, pada akhirnya, saya pikir kita akan mengalami lebih banyak koreksi dan kenaikan hanya jeda,” kata Ahli Strategi Pasar Senior RJO Futures, Daniel Pavilonis.

Beberapa pejabat Federal Reserve pun berpendapat terhadap peluang kenaikan suku bunga Fed. Pimpinan Fed Mineapolis, Neel Kashkari, mengatakan bank sentral AS itu harus mengerek suku bunga—minimal 5,4 persen—untuk menekan inflasi.

Kemudian, pejabat Fed, John Williams, Michael Barr, dan Christopher Waller, juga akan mengatakan hal serupa. “Mereka akan bicara tentang Fed harus terus melawan inflasi. Ini yang akan memperkuat imbal hasil,” kata Pavilonis.

Menurut Kepala Investasi Nuveen, Saira Malik, risiko yang sebenarnya adalah jumlah kenaikan suku bunga bisa dilakukan oleh Fed. Ekonom pun berspekulasi bahwa pasar tenaga kerja yang tidak stabil akan memaksa bank sentral itu untuk menaikkan suku bunganya, setidaknya dua kali lebih banyak daripada yang diantisipasi Powell. 

Lalu, data Departemen Perdagangan AS menunjukkan defisit neraca perdagangan AS secara keseluruhan naik 12,2 persen dan mendekati US$1 triliun pada 2022.  Analis Commerzbank memperkirakan harga emas berada di kisaran US$1.850 pada pertengahan tahun dan US$1.950 pada akhir 2023. 

Emas memang sensitif terhadap suku bunga yang tinggi. Kondisi itu bisa meningkatkan biaya peluang memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil. 

 

Masih Diburu Sebagai Aset Safe Haven?

Lalu, dia pun berkomentar tentang utang AS. Powell mengatakan Kongres AS harus menaikkan plafon utang tepat waktu. “Jika tidak, tidak ada yang bisa berpikir bahwa Fed bisa melindungi ekonomi,” kata Powell. 

Dia menanggapi utang AS yang mendekati plafon yang ditetapkan undang-undang, yaitu US$31,4 triliun. Pemerintah AS pun sedang mengajukan kenaikan plafon utang. Kementerian Keuangan AS pun bekerja keras untuk melunasi utang-utangnya. Bahkan, pelunasan utang dengan cara yang “luar biasa” akan berakhir pada pertengahan tahun ini. 

Kondisi ini turut membuat investor khawatir dan melirik emas sebagai aset safe haven karena cemas pemerintah bisa gagal bayar. Ketika perekonomian memburuk, harga emas relatif stabil dibandingkan dengan instrumen lainnya. Selain itu, harganya bisa naik setiap tahun. Tak hanya tahan karat dan nilainya terjaga dari inflasi, emas juga tergolong likuid alias mudah dijual. 

Sobat Treasury pun bisa menemukanya dengan mudah. Tidak perlu repot pergi ke toko untuk membeli logam mulia. Cukup dengan sekali klik di smartphone, emas bisa langsung dikantongi. Aplikasi emas digital seperti Treasury bisa dijadikan pilihan. Harganya pun sangat terjangkau, mulai dari Rp5 ribu.

Selain itu, ada banyak keuntungan dari Treasury. Misalnya, jaminan kepemilikan emas di PT Untung Bersama Sejahtera (UBS) sesuai dengan gramasi yang dimiliki. Legalitas dan keamanan aplikasi ini terjamin karena sudah terdaftar di otoritas terkait. 

Fitur-fitur Treasury pun tidak kalah menarik. Kamu bisa mencetak emas digital menjadi logam mulia batangan melalui Cetak Emas. Kamu juga bisa merencanakan keuangan dengan Rencana Emas, lho! 

Apa lagi keuntungan-keuntungan yang ditawarkan Treasury? Yuk investasi emas di Treasury sekarang untuk memanfaatkan fitur-fiturnya!