Harga Emas Justru Melemah karena Data Ekonomi yang Kuat



Harga emas turun setelah dolar AS menguat dan data ekonomi yang kuat. Data ekonomi yang bagus bisa mendorong Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga yang tinggi dalam waktu yang lebih lama. 

Harga emas dunia di pasar spot turun 0,9 persen ke US$1.929,43 per ons. Emas berjangka AS pun ikut melemah 0,6 persen ke US$1.931,2 per ons. Sementara itu, harga emas Treasury hari ini menguat 0,28 persen ke Rp961.197 per gram. Selama seminggu, harga emas turun 0,24 persen dan menyentuh titik terbawah pada 26 Januari 2023 di Rp958.706 per gram. Kemudian, dalam dua minggu, harganya melemah 0,2 persen.

Sekadar informasi, data ekonomi AS menunjukkan laju pertumbuhan yang kuat pada kuartal IV. Ekonomi AS tumbuh 2,9 persen secara year-on-year, lebih tinggi daripada ekspektasi yaitu 2,8 persen. Akan tetapi, pertumbuhannya melambat dari 3,2 persen pada kuartal III 2022. Angka ini menunjukkan belanja konsumen meningkat, tetapi momentum ini melambat jauh menjelang akhir tahun.

Data tersebut membuat indeks dolar AS naik 0,4 persen. Dolar AS yang menguat membuat emas batangan lebih mahal bagi pembeli luar negeri. Imbal hasil surat utang pemerintah AS pun mendekati sesi tertinggi dan membebani aset yang tidak memberikan imbal hasil itu. 

Menurut pedagang senior Heraeus Precious Metals, Tai Wong, penurunan harga emas ini disebabkan oleh konsumsi pribadi pada kuartal IV 2022 yang didorong oleh sentimen. “Secara keseluruhan, tentu ini memberikan ruang Fed untuk mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi dan lebih lama,” kata Wong. 

Kemudian, klaim pengangguran turun daripada yang diperkirakan. Ini menandakan pasar tenaga kerja yang ketat. Klaim pengangguran awal juga turun lebih dari yang diperkirakan, menandakan pasar tenaga kerja yang ketat.

Pasar uang memperkirakan kenaikan suku bunga 25 basis poin pada rapat Fed minggu depan. Diperkirakan suku bunga Fed berada di level puncak 4,9 persen pada Juni 2022. Angkanya ada di bawah harapan pejabat Fed yang ingin naik di atas 5 persen.

 

Selama Seminggu

Pada awal pekan, harga emas menguat dan pasar optimistis penguatan harga akan terus berlanjut. Bahkan, analis pun optimistis logam mulia itu bisa menembus level U$2 ribu. Hal ini disebabkan oleh pasar yang cemas terhadap peluang resesi. Saat itu, investor dan pasar menanti sederet data penting dikeluarkan, termasuk pertumbuhan ekonomi dan inflasi.

Hari berikutnya, harga emas lanjut menguat karena investor melihat data-data ekonomi mengarah kepada perlambatan kenaikan suku bunga Fed. Sayangnya, gerakan emas dibatasi oleh aksi jual yang ringan. 

Indeks Utama Ekonomi AS dari The Conference Board, turun 1 persen menjadi 110,5 pada Desember 2022, mengekor penurunan November yang sebesar 1,1 persen. Penurunan indeks utama ini juga ikut mendukung emas. Rencana India memangkas bea masuk emas pun menjadi motor bagi logam mulia.

Hari berikutnya pun sama: emas menguat karena dolar AS dan imbal hasil surat utang AS melemah. Ditambah lagi, menurut data S&P Global Flash US Composite PMI, aktivitas manufaktur membaik meskipun kedua indeks mengalami kontraksi yang mendalam. Indeks PMI manufaktur naik menjadi 46,8—naik dari pembacaan Desember yang mencapai 46,2. Angka ini melampaui ekspektasi ekonom di level 46.

Di sektor jasa, aktivitas ini dari 44,7 pada pembacaan Desember 2022 menjadi 46,6 pada Januari 2023. Lagi-lagi angkanya di atas ekspektasi di level 45,3.

Emas juga mendapatkan dukungan dari komentar dua pejabat European Central Bank (ECB), yaitu Klaas Knot dan Peter Kazimir. Mereka menganjurkan dua kenaikan suku bunga ECB sebanyak 50 basis poin, yaitu pada Februari 2023 dan Maret 2023.

Kemudian, harga emas pun menguat pada hari keempat minggu ini. Hal ini disebabkan oleh dolar AS yang melemah dan investor yang fokus kepada data pertumbuhan ekonomi AS. Namun, aksi ambil untung dan koreksi harga membatasi lingkup gerak logam kuning itu.

Kini, pasar menanti rilis data inflasi dan data-data ekonomi lainnya yang menjadi pertimbangan Federal Reserve untuk menentukan kebijakan suku bunga.

 

Jika Suku Bunga Lebih Tinggi Bertahan Lebih Lama

Suku bunga yang lebih tinggi memang tidak menguntungkan emas karena bisa meningkatkan biaya memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil. Akan tetapi, suku bunga yang tinggi bisa mendorong ekonomi ke jurang resesi dan membuat investor beralih ke instrumen yang lebih aman seperti emas.

 

Emas tahan terhadap inflasi dan harganya cenderung stabil ketika ekonomi memburuk. Harganya pun naik setiap tahun. Emas pun juga nggak susah dicari. Selain toko, kamu juga bisa membelinya melalui smartphone. Aplikasi emas digital seperti Treasury bisa menjadi pilihan tepat untuk investasi.

Harganya juga sangat terjangkau, mulai dari Rp5 ribu kamu sudah bisa mengantongi logam mulia itu. Di samping itu, ada banyak fitur menarik seperti Rencana Emas yang bisa membantumu untuk merencanakan keuangan. Kamu juga bisa mencetak emas digital menjadi logam mulia batangan.

Gimana? Oke, kan, fitur-fiturnya? Mau tahu lebih banyak? Yuk, download aplikasinya sekarang!