Harga Emas Menguat karena Pasar Makin Takut dengan Resesi



Harga emas naik setelah dolar AS melemah dan ada permintaan safe haven. Ekonomi AS yang melemah dan komentar hawkish Federal Reserve memicu kekhawatiran resesi. Alhasil, demand pasar terhadap aset lindung nilai pun meningkat.

Harga emas Treasury hari ini menguat 0,26 persen ke Rp972.484 per gram. Dibandingkan seminggu yang lalu, harga emas naik 0,21 persen dan 0,51 persen dalam dua minggu. Harga emas tertinggi menyentuh level Rp970.812 pada 9 Januari 2023. Harga emas dunia di pasar spot menanjak 1,5 persen ke US$1.932,4 per ons. Emas berjangka AS pun ikut melesat 1,41 persen ke US$1.933,9 per ons.

“Ada penerbangan ke tempat yang aman. Emas tampaknya lebih baik ketika pasar menurun,” kata CEO Circle Squad Alternative Investments, Jeffrey Sica. Sica mengatakan dolar AS melemah dan reli emas pun terjadi. Dolar AS melayang ke level terendah selama delapan bulan. Ini terjadi setelah ekonomi AS kehilangan momentum dan menjadikan logam mulia itu lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Menurut data ekonomi AS, penjualan ritel di sana turun paling banyak dalam setahun pada Desember 2022. Harga produsen pun berkurang lebih banyak daripada yang diharapkan. Data-data tersebut menandakan bahwa inflasi telah surut. Namun, sentimen di pasar keuangan yang lebih luas tetap lemah karena kekhawatiran resesi mengurangi minat investor terhadap aset yang berisiko.

Pimpinan Fed Boston, Susan Collins, mengatakan bank sentral AS itu perlu menaikkan suku bunga menjadi tepat di atas 5 persen dan menahannya. Mereka perlu tingkat kebijakan yang lebih ketat untuk menekan inflasi. Akan tetapi, para pedagang melihat suku bunga akan memuncak di 4,89 persen pada Juni 2023 dengan kenaikan suku bunga sebanyak 25 basis poin pada Februari 2023. 

Kenaikan suku bunga yang dimaksud memang bertujuan untuk meredam inflasi. Di sisi lain, kondisi itu bisa mengurangi minat investor terhadap emas karena bisa meningkatkan biaya peluang memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil.

Menurut analis independen, Ross Norman, emas telah berjuang untuk mendapatkan pijakan yang kuat di atas US$1.920 per ons.

 

Yang Terjadi Selama Seminggu

Mengawali pekan ini, emas menguat karena terdorong oleh data inflasi AS yang turun dari 7,1 persen pada November 2022 menjadi 6,5 persen pada Desember 2022. Analis menilai suatu langkah yang bijak jika bank sentral itu menaikkan suku bunganya sebanyak 25 basis poin. Ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga Fed sebanyak 25 basis poin pun ada di 96,2 persen.

Selanjutnya, pada hari kedua, harga emas tetap stabil di US$1.918,66 per ons karena dolar AS melemah dan ekspektasi Fed akan menurunkan laju kenaikan suku bunganya, pun meningkat. Analis pun memprediksi harga emas bisa tembus ke US$2 ribu-US$2.100 per ons.

Pada hari ketiga, logam mulia ini justru terjun setelah mendengar kabar tidak sedap dari China. Ekonomi Negeri Tirai Bambu itu jeblok karena serangan Covid-19. Pertumbuhan ekonomi China melambat dari 8,1 persen pada 2021 menjadi 3 persen pada 2022. Meskipun demikian, analis masih optimistis harganya masih bagus karena ada pembelian emas yang naik jelang Tahun Baru Imlek. Harganya diperkirakan masih bergerak di US$1.950 per ons.

Sehari setelahnya, harga emas kembali suram karena pejabat Fed mengisyaratkan suku bunga acuan Federal Reserve akan tembus 5 persen. Tujuannya tak lain untuk menekan inflasi. 

Memang, data harga produsen dan penjualan ritel AS menunjukkan inflasi melambat. Harga produsen di sana naik 6,2 persen pada Desember 2022—turun dari November 2022 yang mencapai 7,3 persen. Penurunan angka indeks harga produsen disebabkan oleh biaya bahan bakar dan makanan turun. Sementara itu, penjualan ritel AS mendingin pada Desember, turun 1,1 persen secara tahun ke tahun.

Akan tetapi, ada aksi ambil untung oleh pedagang berjangka pendek yang membatasi gerakan emas. Taruhan pasar pun berkurang dari 96,2% menjadi 91,6% terhadap peluang kenaikan suku bunga Fed sebesar 25 basis poin pada Februari 2023.

“Kekhawatiran resesi dan keputusan kebijakan Fed akan menjadi katalis utama harga dalam waktu dekat,” kata Kepala Riset Komoditas Geojit Financial Services, Hareesh V. CEO Citigroup Inc, Jane Fraser, mengatakan Federal Reserve bakal memperlambat laju kenaikan suku bunga pada akhir musim semi atau awal musim panas.

Suku bunga yang lebih rendah akan menguntungkan emas karena bisa menurunkan biaya peluang memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil. Situasi ini bisa menarik minat investor untuk membeli aset safe haven.

 

Mengapa emas sering dilirik sebagai instrumen lindung nilai aset? Ada banyak kelebihan emas, seperti nilainya aman dari inflasi dan harganya cenderung stabil ketika ekonomi sedang buruk. Harganya pun naik setiap tahun. Emas juga tergolong sebagai instrumen yang mudah sekali dijual alias cair banget. Nggak heran banyak orang menjadikan emas sebagai instrumen dana darurat.

Beli Emas Gampang Banget 

Sobat Treasury pun bisa membeli emas dengan sangat mudah. Melalui smartphone, kamu bisa membelinya secara online. Aplikasi emas digital seperti Treasury bisa dijadikan pilihan investasi. Harganya mulai dari Rp5 ribu.

Selain jaminan kepemilikan emas di PT Untung Bersama Sejahtera (UBS) sesuai dengan gramasi, keamanan aplikasi ini terjamin karena menggunakan double verification, yaitu password dan PIN.

Kamu juga bisa menghadiahi orang-orang tersayang dengan emas untuk kado Imlek. Menarik banget, ya? Yuk, investasi emas di Treasury sekarang!