Mengintip Harga Emas Jelang Akhir Tahun



Harga emas turun lebih dari 1 persen secara year to date menjelang akhir 2022. Selama periode ini, gerakan logam mulia itu sangat fluktuatif serta sempat naik ke atas US$2 ribu per ons pada musim semi dan terjun ke level terendah di level US$1.630 per ons pada musim gugur. 

Harga emas Treasury hari ini berada di level Rp932.161. Dibandingkan dengan Jumat minggu lalu, harganya turun 0,16 persen. Sementara itu, harga emas berjangka Comex pada Februari ditutup pada Jumat di level US$1.809 per ons atau naik 0,5 persen.  Ahli Strategi Makro Senior Bloomberg Intelligence, Mike McGlone, mengatakan emas telah mencapai harga terendah yang bertahan lama pada 2022.  “Kami melihat emas sebagai pemain terbaik pada tahun 2023,” kata McGlone.  Apalagi, kata dia, harga komoditas yang melemah secara luas, mendorong Federal Reserve untuk melonggarkan kebijakan moneter yang ketat. 

Menurut McGlone, harga emas bisa bergerak ke atas US$2 ribu per ons tahun depan. Tentu saja hal ini dipengaruhi oleh kebijakan Fed yang bergeser dari pengetatan yang cepat—tertinggi sejak 40 tahun terakhir—menuju ke pelonggaran suku bunga. Sejak 2006, emas punya kinerja yang lebih tinggi daripada logam industri. 

 

Yang Menjadi Perhatian Investor

Fokus investor minggu ini adalah mencerna data Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) terbaru, indeks harga PCE (Personal Consumption Expenditure), barang tahan lama, dan data penjualan rumah. Menurut ekonom di Wells Fergo, data minggu ini memperlihatkan ekonomi AS “tutup tahun” dengan catatan beragam, misalnya pasar perumahan menunjukkan tanda-tanda penurunan lebih lanjut dari November, serta data pesanan barang-barang tahan lama, lebih lemah daripada yang diharapkan. 

Kini, pasar sedang mencoba menyusun pandangan untuk awal tahun depan dengan data yang menunjukkan tanda-tanda beragam dari perlambatan ekonomi, inflasi yang mendingin, serta Federal Reserve yang masih hawkish. Menurut analis, itu merupakan teka-teki yang sedang diselesaikan emas ketika masuk tahun baru. 

Ekonom Senior CIBC Capital Markets, Andrew Grantham, mengatakan Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell, melontarkan ide kepada investor bahwa suku bunga harus lebih tinggi dan lebih lama daripada asumsi. Hal ini bertujuan untuk menjaga inflasi tetap terkendali. Akan tetapi, pasar keuangan tidak membelinya. Penurunan suku bunga masih dihargai untuk akhir 2023 dan imbal hasil obligasi jauh dari level tertinggi sebelumnya.

Sepanjang 2022, bank sentral AS itu telah menaikkan suku bunga sebanyak 425 basis poin. Federal Reserve masih belum cukup membatasi inflasi dan suku bunga acuannya harus tetap lebih tinggi lebih lama. 

Namun, analis menafsirkan dengan cara berbeda. Menurut Grantham, yang dimaksud lebih tinggi lebih lama itu adalah bank sentral kemungkinan akan bereaksi nanti dan kurang agresif terhadap pertumbuhan ekonomi yang turun. Selain itu, risiko resesi makin terbuka karena ada kekhawatiran inflasi yang berkepanjangan.  “Reaksi ini adalah kenyataan bahwa pasar harus mulai membeli di beberapa titik selama 2023,” kata dia. 

Ekonom Senior Capital Economics AS, Andrew Hunter, berpendapat, tren yang diamati pelaku pasar adalah seberapa cepat inflasi mereda dan pertumbuhan ekonomi melambat. Data pada hari Jumat menunjukkan inflasi PCE turun lagi pada November 2022. Ditambah dengan data Cleveland yang memberikan seri inflasi sewa yang baru dan pandangan Federal Reserve, Hunter berpendapat inflasi akan turun tajam pada tahun depan. 

Kemudian, ada kejutan makro yang terjadi pada minggu lalu, yaitu pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2023 naik 3,2 persen—lebih tinggi daripada perkiraan sebelumnya sebesar 2,9 persen. Lalu, angka indeks PCE inti tahunan turun dari 5 persen pada Oktober 2022 menjadi 4,7 persen pada November 2022. 

 

Walau Sepi, Tapi Ini yang Dinanti

Minggu ini merupakan libur Natal dan Tahun Baru dan perdagangan akan sepi. Tapi, minggu pertama tahun baru dibuka dengan rilis data-data penting, seperti data ketenagakerjaan AS dan penjualan rumah tertunda. Kemudian, konsensus pasar memprediksi ada 200 ribu tenaga kerja baru pada Desember 2022 dan tingkat pengangguran tetap berada di 3,7 persen. 

Data lainnya yang diperhatikan pasar adalah indeks PMI dan jasa ISM yang akan dijadwalkan rilis pada minggu pertama Januari 2023. Hunter memperkirakan angka ISM jatuh pada Desember 2022 dan menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi berlanjut. 

Dengan begitu, peluang terjadinya resesi semakin besar dan membuka kesempatan harga emas bisa meroket. Investor emas pun berkesempatan makin untung. 

Memang, investasi emas sering dilirik oleh banyak orang, terlebih menghadapi situasi ekonomi yang buruk seperti resesi, karena harganya yang cenderung stabil dibandingkan instrumen investasi lainnya. Di samping itu, harga emas juga bisa naik setiap tahun, lho!


Kamu tertarik beli emas? Sekarang Sobat Treasury tidak perlu repot-repot membelinya di toko, tetapi juga bisa memanfaatkan aplikasi di smartphone. Aplikasi emas digital, Treasury tepat untuk dijadikan pilihan untuk investasi. Selain harganya mulai dari Rp5 ribu, kamu juga bisa mendapatkan banyak keuntungan dari Treasury. Misalnya, ada jaminan kepemilikan emas di PT Untung Bersama Sejahtera (UBS) sesuai dengan gramasi yang dimiliki. Keamanan dan legalitas aplikasi ini terjamin karena sudah terdaftar di otoritas terkait. 

Ada juga fitur-fitur ciamik yang ditawarkan seperti Rencana Emas untuk merencanakan keuangan, Panen Emas untuk menumbuhkan emas mu dengan bunga s.d 9% p.a dan masih banyak fitur lainnya. Mau menjaminkan emas via Jamimas pun juga bisa. Bagaimana? Menarik, kan? Yuk investasi di Treasury sekarang!