Harga Emas Turun pada Akhir Pekan, Kehabisan Tenaga?



Harga emas turun 1 persen setelah dolar AS menanjak. Mata uang Negeri Paman Sam ini bereaksi setelah pejabat Federal Reserve melempar sinyal akan melanjutkan kebijakan moneter yang ketat untuk menjinakkan inflasi.

Harga emas Treasury hari ini bertengger di Rp920.704 per gram dan menyentuh level tertinggi di Rp920.935. Lalu, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,1 persen ke US$1.759,4 per ons dan emas berjangka AS 0,1 persen ke US$1.762,8 per ons.

“Emas tampaknya telah kehabisan tenaga,” kata Kepala Analis Pasar CMC Markets, Michael Hewson. Hewson menilai, emas bisa saja terjun ke US$1.730 per ons. Namun, logam mulia ini bisa merudal hingga akhir tahun kalau dolar AS dan imbal hasil surat utang pemerintah AS melemah. Kenaikan dolar AS ini menjadikan emas lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lainnya.

Sekadar informasi, harga emas menduduki puncaknya di US$1.786,35 per ons—tertinggi dalam tiga bulan. Harganya melesat di tengah kekhawatiran eskalasi krisis Ukraina. Tapi, logam kuning ini mereda sejak ketegangan konflik itu turun.

Lalu, data penjualan ritel AS meningkat dari ekspektasi. Data ini bisa membuat Federal Reserve makin mantap untuk menaikkan kenaikan suku bunga acuannya.

Kepala Fed cabang San Fransisco, Mary Daly, berpendapat suku bunga naik ke 4,75-5,25 persen ini masuk akal pada awal tahun depan. Kenaikan suku bunga memang merugikan emas karena bisa meningkatkan biaya memegang peluang aset yang tidak memberikan imbal hasil. Dari global, ekspor emas fisik Swiss ke India turun, sementara pengiriman ke China dan Turki tetap kuat pada Oktober 2022, menurut data bea cukai Swiss.

 

Yang Terjadi Sepekan Ini   

Selama seminggu, harga emas menanjak 1,24 persen dan bergerak dari Rp908 ribu ke Rp920 ribu per gram. Puncaknya, logam mulia itu menembus harga Rp921.934. Dibandingkan dengan dua minggu sebelumnya, harga emas menanjak 5,64 persen dan merangkak dari Rp876 ribu ke Rp920 ribu per gram.  

Pada awal minggu, harga emas menguat setelah data ekonomi AS menunjukkan angka inflasi pada Oktober 2022 mencapai 7,7 persen secara year-on-year. Angka ini turun dari inflasi September 2022 yang mencapai 8,2 persen yoy. Data ekonomi ini melemahkan dolar AS sehingga menjadikan logam mulia itu lebih murah bagi pembeli luar negeri. Ekspektasi pasar terhadap kenaikan Fed rate Desember 2022 yang sebesar 50 basis poin, pun naik jadi 71,5 persen. 

Hari berikutnya, emas masih perkasa. Bank sentral AS itu melempar wacana akan melonggarkan suku bunga Fed. Hal ini dikatakan oleh Wakil Gubernur Federal Reserve, Lael Brainhard. Brainhard berpendapat saat ini tepat untuk melambatkan suku bunga acuan Fed.

Kemudian, harga emas merudal dan mencapai puncaknya pada Rabu 16 November 2022. Penyebabnya adalah ketegangan politik baru. Ada ledakan di Polandia—di desa yang berdekatan dengan perbatasan Ukraina. Ledakan ini menewaskan dua orang. Dikabarkan bahwa ledakan ini adalah rudal yang nyasar.

Sumber menyebut rudal itu berasal dari Rusia. Pihak Ukraina menyebut Rusia memborbardir negaranya dengan 85 rudal dan sebagian menghancurkan fasilitas energi di sana. Pihak Rusia membantah bahwa rudal yang meledak di Polandia, tidak berasal dari negaranya. Mereka menegaskan tidak meluncurkan rudal ke sana. Di sini, para analis memprediksi harga emas bisa menembus US$1.800. Namun, ada tantangan emas, yaitu sikap Fed. Ya, Fed bersikukuh akan melanjutkan kebijakan suku bunga agesif.

Kemarin, reli emas mereda karena kekhawatiran perang dengan skala lebih besar pun turun. Pihak Polandia mengkonfirmasi bahwa rudal yang meledak di sana bukanlah dari Rusia dan kemungkinan berasal dari Ukraina. Presiden AS, Joe Biden, juga menyebut rudal itu bukan dari Rusia. Emas turun tipis karena “ditahan” oleh ketegangan baru di kawasan Teluk. Ada sebuah kapal tanker yang diserang oleh drone pembawa bom di daerah lepas pantai Oman.

 

Selanjutnya

Menurut perusahaan riset Inggris, Metals Focus, harga emas rata-rata akan turun 10 persen pada tahun depan. Bahkan mencapai titik terendah pada kuartal IV 2023 di US$1.500 per ons. Kebijakan moneter AS serta dampaknya terhadap dolar AS dan imbal hasil surat utang pemerintah AS menjadi tantangan terbesar bagi logam mulia ini pada tahun depan. Ekonomi melemah dan pasar tenaga kerja akan semakin ketat. Ini berujung kepada Fed yang bersikap hawkish.

Walaupun harganya rendah, permintaan emas fisik diperkirakan akan terus naik. Demand yang meningkat akan membuat harga emas stabil pada 2023. Ketika harga turun, biasanya emas akan diburu banyak orang. Mengapa begitu diminati? Emas banyak diburu orang karena ada banyak kelebihan, misalnya tahan karat dan nilainya tetap terjaga dari inflasi. Selain itu, emas juga mudah dicairkan menjadi uang tunai alias gampang dijual. Makanya, nggak heran banyak orang menjadikannya sebagai dana darurat.

Apalagi, sekarang membeli emas semakin mudah. Tak perlu repot-repot ke toko, Sobat Treasury bisa membelinya secara online melalui smartphone. Aplikasi emas digital seperti Treasury bisa dijadikan pilihan. Harga emas yang ditawarkan sangat terjangkau, mulai dari Rp5 ribu, lebih murah daripada sepiring nasi padang.

Ditambah lagi ada banyak kelebihan yang diberikan Treasury. Sebut saja Cetak Emas untuk mencetak emas digital menjadi logam mulia batangan, ada jaminan kepemilikan emas di PT Untung Bersama Sejahtera (UBS) sesuai dengan gramasi yang dipunya, serta bisa membeli koleksi perhiasan terbaru dari UBS Lifestyle. Menarik, kan? Tunggu apa lagi? Yuk download aplikasi Treasury sekarang!