Pasar Fokus ke Data Inflasi, Harga Emas Tancap Gas



Harga emas naik lebih dari 2 persen ke level US$1.700 per ons. Penguatan harga emas didorong oleh melemahnya dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan pembelian teknis. Fokus pasar masih tetap pada data inflasi yang akan dirilis pada akhir pekan.

Harga emas Treasury hari ini berada di level Rp890.715 dan bergerak di level Rp888 ribu-Rp890 ribu serta sempat menyentuh level tertinggi di Rp891.567 per gram. Selama seminggu, emas bergerak naik 3,89 persen.

Sementara itu, harga emas dunia di pasar spot naik 2,2 persen ke US$1.711,87 per ons. Ini merupakan level tertinggi sejak 7 Oktober 2022. Harga emas berjangka AS pun naik 2,08 persen ke US$1.715,1 per ons.

Analis OANDA, Craig Erlam, menduga ada suatu langkah besar di bursa dan menekan gerakan dolar AS. Langkah ini mengerek harga emas. “Emas juga menembus US$1.680, lalu US$1.700. Penembusan level teknis ini bisa memberikan dorongan tambahan,” kata Erlam.

Sekadar informasi, indeks dolar AS melemah 0,5 persen ke level terendah dalam hampir dua minggu terhadap para pesaingnya. Melemahnya mata uang Negeri Paman Sam ini menjadikan emas lebih menarik bagi pembeli dengan mata uang lainnya. Imbal hasil surat utang pemerintah AS pun juga terguling.

Logam mulia itu juga didukung dari langkah bank-bank sentral lainnya yang melambatkan laju kenaikan suku bunga acuannya, seperti Reverse Bank of Australia dan Bank of Canada.

Memang, saat ini, data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS akan dirilis pada akhir pekan. Data ini berisi tentang inflasi inti bulanan dan tahunan. Diperkirakan angka inflasi bulanan pada Oktober 2022 akan menjadi 0,5 persen dan yang tahunan 6,5 persen.

Selain data inflasi, pasar juga fokus kepada mid term election di AS. Pasar melihat harga emas naik US$50 per ons karena faktor pileg dan pilkada di sana. Selain itu, kecemasan terhadap resesi pun menjadi pusat perhatian.

 

Pertanda Baik Bagi Pasar

Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, David Meger, menilai inflasi yang melambat secara perlahan bisa menjadi pertanda baik bagi pasar. Kemudian, pasar akan berharap Fed akan menaikkan suku bunga acuannya lebih sedikit daripada yang sebelumnya. Pasar memperkirakan ada peluang 67 persen untuk suku bunga acuan The Fed naik 50 basis poin pada bulan depan dan 33 persen untuk naik 75 basis poin.

Lalu, beberapa pejabat Federal Reserve pun mendukung untuk laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat. Perlambatan ini bertujuan untuk mencegah ekonomi hancur, bahkan saat inflasi AS mendekati level tertinggi selama 40 tahun, menekan dolar AS.

Sobat Treasury, suku bunga yang tinggi memang meningkatkan biaya peluang untuk memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil. Meskipun demikian, logam mulia itu kerap dilirik investor sebagai lindung nilai aset dari inflasi.

Selain lindung nilai, emas juga sering dilirik karena harganya yang cenderung stabil dan naik setiap tahun serta nilainya terjaga dari inflasi. Apalagi, logam mulia ini mudah sekali dibeli.

Sobat Treasury kini tidak hanya bisa membeli emas di toko, tetapi juga secara online melalui aplikasi smartphone. Aplikasi emas digital seperti Treasury bisa dijadikan pilihan untuk investasi. Harganya mulai dari Rp5 ribu. Terjangkau banget, kan?

Treasury juga menawarkan beragam keuntungan yang menarik, seperti ada jaminan kepemilikan emas di PT Untung Bersama Sejahtera (UBS), bisa mencetak emas digital jadi logam batangan melalui fitur Cetak Emas, serta mendapatkan tambahan emas di fitur Panen Emas. Menarik, ya, Sobat Treasury? Tertarik? Yuk download aplikasi Treasury sekarang!