Harga Emas Naik Saat Mengawali Pekan Ini



Harga emas menguat mengawali pekan ini. Kenaikan harga itu terjadi setelah bergejolak akibat ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed. Di pasar spot, harga emas naik 0,27 persen ke US$1.653,4 per ons. Sementara itu, di Treasury, harga emas naik dari Rp845.008 ke Rp845.147 setelah terjungkal dari posisi Rp846.773. Selama sebulan, harga emas naik 1,34 persen dan menyentuh level tertinggi di Rp870.630 pada 4 Oktober 2022. Penguatan harga emas ikut mengatrol logam-logam mulia lainnya. Di pasar spot, harga perak menanjak 1,4 persen ke US$18,33 per ons, platinum 1,02 persen ke US$905,6, dan paladium 1,49 ke US$2.027.

Lalu, pada pekan lalu, emas jatuh hingga 1,6 persen. Hal ini disebabkan oleh Perdana Menteri Inggris, Liz Truss, yang memecat Menteri Keuangan, Kwasi Kwarteng. Truss bersiap untuk mengembalikan bagian program pemotongan pajak. Bangkitnya harga emas ini terjadi setelah ada gejolak harga karena ekspektasi kenaikan suku bunga acuan yang agresif dari The Fed. Ekspektasi itu mengerek dolar AS dan menekan gerak logam kuning itu.

Analis OANDA, Craig Erlam, mengatakan pergerakan emas sesuai dengan historisnya. Sekadar informasi, inflasi di AS naik 8,2 persen secara year-on-year pada September 2022. Angkanya memang lebih rendah daripada Agustus 2022 yang sebesar 8,3 persen. Namun, inflasi September berada di atas ekspektasi pasar yang mencapai 8,1 persen. Untuk inflasi month-to-month, inflasi September mencapai 0,4 persen—naik dari Agustus 2022 yang mencapai 0,1 persen. Angkanya pun melampaui ekspektasi pasar yang hanya naik 0,2 persen. Lalu, bicara untuk inflasi inti AS pada September 2022, angkanya bertengger di 6,6 persen. Ini merupakan level tertinggi sejak 1982.

 

Begini Perkiraan Harga Emas

Para analis memprediksi harga emas masih suram karena turun melampaui batas terendah di US$1.650 per ons. Harga logam kuning ini turun hampir US$90 dari posisi tertinggi di US$1.737 per ons pada bulan ini. Emas berjangka AS yang diperdagangkan Desember pun melorot 1,69 persen ke US$1.648,7 per ons.

Analis di Kitco Metals, Jim Wyckoff, mengatakan secara teknis, emas akan bergerak bearish karena ada aksi jual yang “membuka pintu” harga emas ke US$1.600 per ons. Logam mulia itu dinilai tidak mampu memanfaatkan momen safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi dan ketegangan geopolitik.

Biang keladi tantangan emas tak lain adalah inflasi yang memanas. Inflasi yang tinggi ini memaksa pasar untuk menilai ulang perkiraan kenaikan suku bunga The Fed yang agresif. Tentu saja hal itu menjadi amunisi untuk dolar AS. “Emas masih berjuang,” kata Direktur Pelaksana Bannockburn Global Forex, Marc Chandler.

Menurut hasil survei mingguan Kitco, dari sembilan analis Wall Street, ada 78 persen yang bersikap bearish dan memperkirakan harga emas akan lebih rendah pada minggu ini dan 22 persen bersikap bullish. Tidak ada yang mengharapkan aksi sideways.

Lalu, dari sisi Main Street, peserta survei tetap bersikap bullish untuk harga emas minggu ini, tetapi ada segmen bearish yang tumbuh. Dari 858 peserta ritel, ada 45 persen yang berharap harga emas bisa lebih tinggi, 35 persen meminta turun, dan 20 persen netral.

Menurut CME FedWatch Tool, ada peluang 99,7 persen kenaikan suku bunga The Fed sebanyak 75 basis poin pada November 2022 dan 74 persen untuk 50 basis poin pada Desember 2022. Untuk Februari dan Maret, ada kemungkinan peluang suku bunga The Fed naik itu lebih kecil. Kemudian, ada prediksi bahwa harga emas bisa turun lebih banyak karena situasi perekonomian belum membaik jika inflasi masih meroket.

 

Kebijakan The Fed Berpeluang Tekan Harga Emas

Kepala Strategi Komoditas Global, Bart Melek, mengatakan kebijakan agresif lebih lanjut dari bank sentral AS akan membuat harga emas lebih bergejolak. Hal ini melihat fakta bahwa inflasi naik di atas ekspektasi pasar dan inflasi inti bergerak lebih tinggi. Inflasi yang “mencekik” ini akan membuat The Fed melakukan apa pun demi menekan ke tingkat yang lebih rendah.

“Melihat dari pergerakan kurva, harga emas nyaris jatuh 5 persen sejak Maret 2022,” kata Melek. Analis senior di RJO Futures, Frank Cholly, menduga ada pesan bahwa The Fed tidak “mengizinkan” reli emas. Fakta emas gagal menembus level US$1.740 minggu lalu merupakan sinyal negatif bagi harga emas ke depannya.

“The Fed punya banyak ruang untuk kenaikan yang agresif. Emas tidak akan sanggup untuk melaju di tengah keagresifan kenaikan suku bunga,” kata Cholly. Itulah prediksi harga emas, Sobat Treasury. Memang saat ini harga emas diramal suram karena kebijakan The Fed. Tapi, ada peluang harga emas masih bisa naik.

Apa kamu ingin investasi emas? Sekarang kamu tidak hanya bisa membeli emas secara offline, tetapi juga online. Aplikasi emas digital seperti Treasury bisa dijadikan pilihan untuk investasi emas. Harganya juga sangat terjangkau, mulai dari Rp5 ribu, lho!

 

Banyak keuntungan yang kamu dapatkan investasi emas di Treasury.

Jaminan kepemilikan Logam Mulia di UBS (PT Untung Bersama Sejahtera), sesuai dengan gramasi emas yang Kamu miliki di aplikasi Treasury. Kamu bisa mencetaknya menjadi Logam Mulia (emas fisik) mulai dari 0,1 gram, kapanpun kamu membutuhkan, atau mencairkannya menjadi uang tunai hanya dalam 2x24 jam.

Lebih dari itu, kamu juga bisa mewariskan investasi emas, membuat rencana masa dengan fitur Rencana Emas, transfer emas, serta membeli berbagai koleksi perhiasan terbaru dari UBS Lifestyle. Makanya, download aplikasi Treasury sekarang!