Harga Emas Menguat Karena Dolar AS Merosot



Harga emas kembali menggeliat saat mengawali minggu ini. Kenaikan harga emas dipicu oleh dolar AS yang merosot. Harga emas di Treasury berada di level Rp847.854 setelah sempat bergerak di level Rp848 ribu. Di pasar spot, harga emas naik 0,04 persen ke US$1.729,3 per ons.

Pada akhir pekan lalu, harga emas menanjak 0,5 persen ke US$1.716,3 per ons—tertinggi sejak 30 Agustus 2022. Harga emas berjangka juga naik 0,4 persen ke US$1.727 per ons. Diketahui, harga logam kuning ini naik 0,3 persen selama sepekan.

“Indeks dolar AS benar-benar turun tajam dan itu mendukung pasar emas dan perak,” kata analis senior di Kitco Metals, Jim Wyckoff. Kenaikan harga emas juga didukung oleh short covering di pasar berjangka, kata Wyckoff.

Sekadar informasi, dolar turun ke level terendah lebih dari satu minggu. Penurunan dolar membuat harga emas batangan yang dihargakan dengan greenback, lebih murah bagi para pembeli luar negeri. Selain dolar AS, kenaikan harga emas juga dipicu pelemahan imbal hasil surat utang pemerintah AS. Yield instrumen investasi itu turun ke level 3,5 persen.

 

Fokus Investor

Kini, investor sedang menunggu data inflasi AS pada Agustus 2022 dan ekspektasi inflasi awal dari University of Michigan, setelah Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell, bersikap hawkish terhadap kenaikan suku bunga acuan. Lalu, data penjualan ritel di AS juga dinanti investor untuk melihat “daya tahan” konsumen setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan.

Memang, suku bunga acuan yang tinggi tidak baik bagi emas. Suku bunga bisa meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil. Co-director di Walsh Trading, Sean Lusk, menyebut data perekonomian yang lebih lemah minggu depan berpotensi menekan dolar. “(Kondisi ini) positif bagi emas,” kata Lusk.

Analis pasar senior di OANDA, Edward Moya, berpendapat inflasi yang lebih lemah bisa mendorong pergerakan emas karena bisa membantu investor. Pasar juga mulai menentukan seberapa tinggi bank sentral AS akan menaikkan suku bunga acuannya. “Kalau inflasi turun, ada kemungkinan suku bunga tidak naik jauh di atas 4 persen,” kata Moya. Kondisi ini bisa memperlemah laju dolar AS. “Memberikan kelegaan sedikit untuk emas,” kata dia.

Namun, lanjut Moya, pelemahan data ekonomi tidak cukup kuat untuk menggeser ekspektasi terkait kebijakan moneter Federal Reserve. Pasar melihat peluang kenaikan 75 basis poin ini sebanyak 90 persen. Kalau ekspektasi tidak turun, optimisme emas bisa menghilang dengan cukup cepat. “Jika Fed menaikkan suku bunga hanya 50 poin, ini bisa memberikan emas beberapa momentum,” kata analis pasar di DailyFX.com, Christopher Vecchio.

 

Ekspektasi Inflasi

Para ekonom menilai inflasi Agustus akan turun 0,1 persen karena harga BBM turun bulan lalu. Inflasi inti—tidak termasuk harga pangan dan BBM—diperkirakan akan naik 0,2 persen. “Kalau benar dan inflasi inti naik 0,2 persen, kenaikan suku bunga acuan 50 basis poin masih mungkin terjadi, kata Kepala Ekonom AS di Capital Economics, Paul Ashworth.

Tak semua analis optimis data inflasi yang mengecewakan bisa mengerek harga emas, salah satunya Daniel Ghali—ahli strategi komoditas di TD Securities. Ghali menilai Powell yang menggarisbawahi mandate ganda bank sentral AS untuk stabilitas harga dan pasar tenaga kerja. Pasar ketenagakerjaan yang ketat, bisa menjaga lingkungan suku bunga acuan yang tinggi untuk periode yang lebih lama. Walaupun harga logam kuning ini bisa naik minggu depan, dia memprediksi tren penurunan tetap ada. “Data inflasi yang lemah bisa membuat tekanan pendek, tapi kami tidak melihatnya untuk berkelanjutan,” kata dia.

 

Ancaman Resesi dan Krisis Utang

Manajer Portofolio dan penerbit laporan Lead-lag, Michale Gayed, mengatakan AS bisa menghadapi krisis utang negara karena imbal hasil obligasi pemerintah AS bisa meningkat. Ancaman resesi tidak hanya terjadi di AS, tetapi juga di Eropa. 

Presiden European Central Bank (ECB), Christine Lagarde, menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin. Kenaikan suku bunga ini juga mengangkat wacana ancaman resesi di Benua Biru. Resesi, kata Lagarde, bukan skenario dasar kenaikan suku bunga ECB. Yang dilihat adalah perekonomian zona euro akan mengalami kontraksi sebesar 0,9 persen pada tahun 2023.

Kondisi perekonomian ini membuat orang mulai melirik emas sebagai tempat yang aman untuk mengamankan aset. Ya, emas memang terkenal handal ketika berhadapan dengan inflasi. Nilai emas pun tetap terjaga. Plus, harganya bisa naik setiap tahun dan gampang untuk diperjualbelikan.

Tertarik beli emas? Sobat Treasury kini bisa membelinya melalui aplikasi di smartphone. Aplikasi emas digital seperti Treasury bisa dijadikan pilihan untuk investasi emas. Treasury menyediakan emas mulai dari Rp5 ribu.

 

Banyak keuntungan yang kamu dapatkan investasi emas di Treasury.

Jaminan kepemilikan Logam Mulia di UBS (PT Untung Bersama Sejahtera), sesuai dengan gramasi emas yang Kamu miliki di aplikasi Treasury. Kamu bisa mencetaknya menjadi Logam Mulia (emas fisik) mulai dari 0,1 gram, kapanpun kamu membutuhkan, atau mencairkannya menjadi uang tunai hanya dalam 2x24 jam.

Lebih dari itu, kamu juga bisa mewariskan investasi emas, membuat rencana masa dengan fitur Rencana Emas, transfer emas, serta membeli berbagai koleksi perhiasan terbaru dari UBS Lifestyle. Makanya, download aplikasi Treasury sekarang!