Harga Emas Terpleset karena Kebijakan The Fed



Harga emas kembali turun hari ini, Jumat 24 Juni 2022. Pelemahan harga emas ini didorong oleh pernyataan gubernur The Fed yang mengerek dolar AS.

Menurut data Treasury, harga emas saat ini berada di level Rp901.194. Usai bertengger di level tertinggi hari ini, Rp904.852, logam mulia itu berangsur turun.

Harga emas melemah 0,20 persen ke US$1.826,1 per ons, dikutip dari CNBC.  Melansir Kitco, harga emas berjangka Commex yang diperdagangkan pada Agustus, turun 0,64 persen ke US$1.826,6 per ons.  

Pelemahan harga emas ini disebabkan oleh menguatnya dolar AS pasca pernyataan Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell. Powell menggandakan pengetatan kebijakan bank sentral untuk menekan inflasi di AS, melansir Kontan. Sekadar informasi, inflasi di sana sebesar 8,6 persen pada Mei 2022. 

Setelah mengeluarkan pernyataan ini, indeks dolar AS naik dan membuat daya tarik emas berkurang. Penguatan mata uang Negeri Paman Sam itu membuat emas menjadi lebih mahal di mata pembeli luar negeri.

Kenaikan suku bunga acuan Fed turut mengangkat yield obligasi pemerintah AS. Meningkatnya imbal hasil surat utang negara AS ini makin meredupkan pesona emas karena meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan dengna imbal hasil nol.

Analis senior Kitco Metals, Jim Wycoff, mengatakan harga emas ditekan oleh strategi pengetatan The Fed yang agresif dan menguatnya dolar AS. Ada ekspektasi bahwa pelambatan ekonomi bisa menghambat permintaan logam. Ini juga membuat emas dan perak terbebani.

“Status safe haven emas membatasi penurunan,” kata Wycoff.

Bagaimana dengan logam mulia lainnya? Sama dengan emas, harga perak pun ikut turun. Harganya melorot 0,22 persen ke US$20,99 per ons.

Kebalikan dengan emas dan perak, paladium dan platinum justru menguat. Harga platinum naik 0,92 persen ke US$912,7 per ons dan paladium terangkat 1,26 persen ke US$1.847 per ons.

 

Permintaan Emas Tetap Ada, Tapi

Upaya The Fed melawan inflasi ini bisa berujung pengangguran di AS naik. Investor mempertimbangkan klaim pengangguran mingguan yang turun pekan lalu karena kondisi pasar tenaga kerja yang ketat. Survei juga menunjukkan aktivitas bisnis di sana melambat jauh pada bulan ini.

Analis Bank of China International, Xiao Fu, menyebut emas akan menarik pembeli karena risiko resesi. Akan tetapi, kenaikan suku bunga yang agresif bisa mengurangi minat terhadap emas.

Dilansir dari Kitco, MKS PAMP menemukan bahwa volatilitas emas relatif lebih rendah daripada aset lain. Logam mulia “stabil” diperdagangkan di antara US$1.800-US$1.900 per ons.

“Tapi, jangan mengharapkan reli harga emas sampai kepercayaan kembali lagi ke pasar,” tulis MKS PAMP.

Pasar panik dengan ketakutan inflasi yang memperbesar peluang resesi. Ahli Strategi Logam MKS PAMP, Nicky Shiels, mengatakan investor ekuitas memilih uang tunai daripada emas sebagai safe haven.

“Keyakinan perlu kembali,” kata Shiels.

Dia mengatakan kebijakan moneter The Fed yang agresif bisa membuat harga emas kembali bergejolak. Penyesuaian suku bunga tanpa syarat untuk stabilitas harga ini juga membuat resesi semakin dekat kalau dilihat dari data makro harian.

Menurut laporan perusahaan riset, IHS Markit, indeks Purchasing Managers (PMI) manufaktur AS bulan Juni turun menjadi 52,4, menandai level terendah dalam 23 bulan. Sektor jasa pun ikut turun ke 51,6 pada bulan Juni, menandai posisi terendah lima bulan.

“ Sektor konsumen & sensitif inflasi tertentu seperti perjalanan masih merupakan penurunan terbesar di bulan Juni dan merupakan contoh dari inflasi yang melonjak dan konsumen yang cemas,” kata Shiels.

Dia mengatakan, emas makin terpukul kalau Federal Reserve tetap terlalu hawkish.