Harga Emas Kembali Melemah Jelang Kenaikan Suku Bunga The Fed



Harga emas kembali melemah pada Rabu 15 Juni 2022. Pelemahan ini masih dipicu oleh ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga The Fed.

Menurut data Treasury, harga emas 1 gram berada di level Rp890.029 dan sempat terjatuh ke level terendah di Rp887.175. Selama sepekan, harga emas turun Rp5.357.

Harga emas dunia pun ikut turun.  Dikutip dari CNBC, harga emas turun 0,11 persen ke US$1.813,3per ons troy. Mengutip medcom.id, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, turun 1 persen ke US$1.813,5 per ons troy—berada di level harga terendah selama lebih dari empat minggu.

Pelemahan harga emas ini tidak diikuti oleh logam-logam mulia lainnya. Harga perak naik 0,43 persen ke US$21,04 per ons troy, platinum meningkat 0,77 persen ke US$917,7 per ons troy, dan palladium naik 1,51 persen ke US$1.807 per ons troy.

 

Antisipasi Pasar

Ahli strategi pasar senior di RJO Futures, Bob Haberkorn, mengatakan pelemahan harga emas ini merupakan buntut antisipasi The Fed yang agresif dalam hal suku bunga. Bank sentral AS ini akan menaikkan suku bunga acuan untuk menekan inflasi pada minggu ini.

Sekadar informasi, inflasi di AS pada Mei 2022 sebesar 8,6 persen secara year-to-year. Angka ini menjadi yang tertinggi selama empat dekade terakhir.

“Hal utama yang mendorong emas saat ini adalah antisipasi dari Fed yang sangat agresif dalam suku bunga besok mengingat data inflasi baru-baru ini,” kata Haberkorn.

Kenaikan suku bunga acuan ini akan membuat dolar AS naik lebih tinggi daripada pesaing-pesaingnya. Kenaikan dolar AS ini akan menghilangkan daya tarik emas karena harga logam mulia itu menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri.

Analis senior OANDA, Edward Moya, mengatakan, dalam jangka pendek, situasi ini akan menyulitkan emas. Tapi, logam mulia akan menjadi incaran bagi investor sebagai safe haven di tengah kecemasan resesi ekonomi.

“Untuk jangka pendek, ini masih tampak seperti lingkungan yang sulit untuk emas. Tapi, pada akhirnya, (emas) akan melanjutkan peran safe haven ini,” kata Moya.

Yang diperlukan emas adalah cara melampaui dolar AS, kata dia.

 

Ekspektasi Melonjak

Semula, pasar berekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin pada pekan ini. Namun, ekspektasi ini meningkat jadi 96 persen, menurut Fedwatch Tool CME. Kenaikan suku bunga ini akan menjadi yang terbesar sejak 1994 dan meningkatkan peluang emas batangan takkan memberikan imbal hasil.

Data lain menunjukkan indeks harga produsen untuk permintaan akhir, naik 0,8 persen pada periode Mei 2022. Angkanya naik 0,4 persen dari April 2022, menurut Departemen Tenaga Kerja. Kenaikan ini sesuai dengan ekspektasi pasar.

“Kesuksesan atau kegagalan dalam memerangi inflasi sebelum ekonomi mulai menderita, menjadi tema utama,” tulis analis Saxo Bank, Ole Hansen.

Menurut Hansen, itu menjadi salah satu yang akan menentukan arah akhir emas.

 

Harga Emas Naik Turun Seperti Roller Coaster

Sebelumnya, pergerakan harga emas yang sangat volatile ini karena ada tarik-menarik di pasar. Inflasi AS sebesar 8,6 persen pada Mei membuat pasar berekspektasi Bank Sentral AS (Federal Reserve) akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 persen pada pekan ini, dilansir dari CNBC Indonesia. Kenaikan ini lebih besar daripada ekspektasi sebelumnya, yaitu 50 persen. Sekadar informasi, pada minggu ini, The Fed akan menggelar pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).

Kenaikan suku bunga acuan akan mengerek dolar AS dan imbal hasil treasury AS. Tentu saja ini akan membuat emas kehilangan daya tarik.

Akan tetapi, inflasi di Negeri Paman Sam juga membuat kecemasan akan resesi meningkat. Saat ekonomi memburuk, emaslah yang jadi pilihan.

“Tidak ada rasa aman dalam perdagangan apa pun. Karena itulah, harga emas terlikuidasi,” kaa analis Blue Line Futures, Phillip Streible.

Streible mengatakan ada koreksi harga emas yang besar dan volatilitasnya tinggi. “Kamu benar-benar tidak menemukan keamanan dan kenyamanan di mana pun saat ini,” kata dia.

Analis OANDA—platform perdagangan online—Craig Erlam, mengatakan inflasi yang tinggi dan imbal hasil surat berharga pemerintah AS menjadi berita buruk bagi emas tahun ini.