Harga Emas Loyo Lagi Gara-gara Dolar AS dan Imbal Hasil Obligasi Pemerintah AS



Harga emas kembali turun pada Selasa 14 Juni 2022. Penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi AS menekan harga emas menjelang kenaikan suku bunga The Fed.

Menurut data Treasury, harga emas 1 gram berada di level Rp866.351, turun dari harga sebelumnya yang berada di Rp898.034. Selama sepekan, tercatat harga emas turun Rp24.695 dari Rp890.744 per 1 gram ke Rp866.049 per gram.

Harga emas terpantau turun 0,36 persen ke US$1.825,1 per ons troy. Pelemahan harga emas juga diikuti oleh perak. Terlihat harga perak melorot 0,68 persen ke US$21,11 per ons troy. Namun, harga platinum dan palladium naik tipis. Harga platinum menguat 0,04 persen ke US$932,7 per ons troy dan palladium naik 0,48 persen ke US$1.787 per ons troy.

Sementara itu, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange turun 2,33 persen ke US$1.831,8 per ons troy, dikutip dari Bisnis.com.

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang saingannya, naik ke 104,96. Begitu pula imbal hasil obligasi pemerintah AS yang bertenor 10 tahun. Tercatat imbal hasilnya sebesar 3,348 persen.

 

Harga Emas Naik Turun Seperti Roller Coaster

Pergerakan harga emas yang sangat volatile ini karena ada tarik-menarik di pasar. Inflasi AS sebesar 8,6 persen pada Mei membuat pasar berekspektasi Bank Sentral AS (Federal Reserve) akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 persen pada pekan ini, dilansir dari CNBC Indonesia. Kenaikan ini lebih besar daripada ekspektasi sebelumnya, yaitu 50 persen. Sekadar informasi, pada minggu ini, The Fed akan menggelar pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).

Kenaikan suku bunga acuan akan mengerek dolar AS dan imbal hasil treasury AS. Tentu saja ini akan membuat emas kehilangan daya tarik.

Akan tetapi, inflasi di Negeri Paman Sam juga membuat kecemasan akan resesi meningkat. Saat ekonomi memburuk, emaslah yang jadi pilihan.

“Tidak ada rasa aman dalam perdagangan apa pun. Karena itulah, harga emas terlikuidasi,” kaa analis Blue Line Futures, Phillip Streible.

Streible mengatakan ada koreksi harga emas yang besar dan volatilitasnya tinggi. “Kamu benar-benar tidak menemukan keamanan dan kenyamanan di mana pun saat ini,” kata dia.

Analis OANDA—platform perdagangan online—Craig Erlam, mengatakan inflasi yang tinggi dan imbal hasil surat berharga pemerintah AS menjadi berita buruk bagi emas tahun ini.

Sebelumnya, analis dari Standard Chartered, Suki Cooper, mengatakan kinerja emas terbilang baik dan tahan banting di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga acuan serta kondisi risk off di pasar.

TD Securities mengingatkan emas akan kembali melemah minggu ini karena ada pengaruh kenaikan suku bunga acuan. Sekadar informasi, bank sentral AS, Federal Reserve, akan menggelar pertemuan pada 14-15 Juni atau minggu ini. Melihat rencana pertemuan itu, pasar berekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin bulan ini.

Kenaikan suku bunga acuan bisa menguatkan dolar AS dan yield obligasi pemerintah AS. Ini akan membuat emas kehilangan daya tarik.

“Harga emas bahkan cenderung bergerak di bawah US$1.800 per ons troy seiring naiknya suku bunga acuan,” kata TD Securities.

 

Prospek Emas Ditentukan Ini?

Mengutip Kontan, menurut analis DCFX Futures, Lukman Leong, pergerakan emas tahun ini telah mencapai harga di atas US$2.000. Lalu, harganya terkoreksi oleh aksi profit taking dan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed.

Pada umumnya, harga logam mulia itu merespons positif inflasi. Namun, kenaikan suku bunga The Fed kembali menekan harga emas. Prospek emas ke depan bakal ditentukan oleh kebijakan moneter The Fed: berhasil menurunkan inflasi atau tidak. Begitu pula dengan keadaan perekonomian AS apakah akan terjadi resesi atau tidak.

“Saya melihat peluang kegagalan menurunkan inflasi ataupun resesi cukup terbuka dan akan mendukung harga emas,” kata Lukman.

Emas berpeluang terkoreksi kembali sementara pelaku pasar berkonsolidasi di tengah saham-saham yang anjlok. Harga instrumen keuangan ini diprediksi naik pada kuartal IV 2022. Lukman melihat ada pembelian emas dari investor sebagai diversifikasi portofolio untuk menjauh dari aset yang berisiko.

Dia memprediksi harga emas berada di level US$1.750-US$1.800 per ons troy. Lalu, pada awal 2023, harganya akan diprediksi naik ke US$2.000.