Harga Emas Kembali Terkoreksi, Gara-gara Ini?



Harga emas kembali melemah pada Selasa, 31 Mei 2022. Pelemahan harga logam mulia itu terpengaruh oleh melonjaknya imbal hasil surat utang pemerintah AS.

Dilansir dari Treasury, harga 1 gram emas bertengger di level Rp896.046. Pada hari ini, emas juga sempat menyentuh level tertinggi di Rp898.510 dan terendah di Rp896.180 per 1 gram.

Selama seminggu, harga emas turun Rp13.370 dari Rp909.883 pada 24 Mei 2022 ke Rp896.513 pada hari ini. Dalam sebulan, harga emas merosot Rp21.894 dari Rp918.090 pada 1 Mei 2022 ke Rp896.196 pada 31 Mei 2022.

Di pasar spot, harga emas turun 0,41 persen ke US$1.843,7 per ounce troi, dilansir dari CNBC. Penurunan harga ini juga diikuti oleh perak dan palladium. Terpantau harga perak turun 1,48 persen ke US$21,77 per ounce troi dan palladium melemah 1,4 persen ke US$2.027 per ounce troi.

Lain halnya dengan harga platinum yang naik tipis 0,08 persen ke US$943,8 per ounce troi.

CNBC Indonesia mencatat, dalam seminggu, harga emas terkoreksi 0,74 point to point. Dalam sebulan, harga emas terjun 2,33 persen.

 

Imbal Hasil Surat Utang Negara AS Naik

Meningkatnya imbal hasil obligasi negara AS menjadi biang kerok turunnya harga emas. Pada pagi ini, yield tenor surat utang negara AS yang bertenor 10 tahun, menguat 2,81 persen. Angkanya naik 0,07 persen jika dibandingkan dengan Jumat, 27 Mei 2022, yang yieldnya berada di level 2,74 persen.

Ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga The Fed sebesar 50 basis poin, mengerek imbal hasil surat utang. Sekadar informasi, ada rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan pada Juni dan Juli 2022. Beberapa pejabat The Fed juga ingin suku bunga acuan juga dinaikkan pada September 2022 kalau inflasi masih belum juga terkendali.

Analis Heraeus Metal Germany GmbH&Co, dalam sebuah catatan, menyebut harga emas bertahan dengan sangat baik di tengah penguatan yield obligasi dan dolar AS, dilansir dari Kontan.

“Jika harga bisa bertahan di atas US$1.800 per ounce troi, mungkin emas bisa membuat keuntungan lebih lanjut jika inflasi tetap lebih tinggi dari yang diantisipasi,” kata analis tersebut.

 

Harga Emas Diprediksi Naik

Sementara itu, analis dari OANDA, Craig Erlam, memperkirakan harga emas akan naik ke depannya karena beberapa faktor, seperti pelemahan dolar AS dan kecemasan akan perekonomian AS yang memburuk

“Jika kekhawatiran memburuknya perekonomian mulai menggoyang yield, emas bisa terus naik,” kata Erlam dikutip dari Reuters.

Dia juga mengatakan sentimen pasar masih lemah.

“Tetapi, selama melemahnya ekonomi menjadi fokus, emas masih bisa merangkak naik. Kinerja emas akan membaik,” kata Erlam.

Ole Hansen dari Saxo Bank, mengatakan semakin banyak pedagang yang melihat emas bisa menjadi hedging untuk menghadapi inflasi yang makin tinggi. 

“Emas juga bisa menjadi alat lindung nilai untuk kesalahan kebijakan yang mungkin terjadi,” kata Hansen.

Sebelumnya, analis Kinesis Money, Rupert Rowling, memprediksi harga emas bakal bergerak di level US$1.840-US$1.860 per ounce troi. Prediksi ini melihat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pergerakan emas dalam waktu dekat. Misalnya, pengumuman data Purchasing Manager Index (PMI) di China, data pengangguran di AS, dan data inflasi di Eropa.

“Emas sepertinya telah menemukan level harga yang sebenarnya. Sampai ada katalis baru yang muncul, kemungkinan emas akan bergerak di US$1.840-US$1.860 per ounce troi,” kata Rowling, dikutip dari Reuters.

 

Tetap Optimis?

Namun, Moya lebih optimis harga emas masih menarik. Hal ini melihat kekhawatiran pertumbuhan ekonomi di AS dari data ekonomi yang lebih lemah pada minggu ini, bahkan ada klaim pengangguran naik.

“Semua ekspektasi adalah data memburuk. Seharusnya ada beberapa kemunduran untuk dolar AS. Ini seharusnya menjadi berita baik untuk emas. Kami akan melihat emas bertahan di US$1.800 hingga minggu depan. Tapi, lebih banyak pergerakan turun di ekuitas bisa mematahkan itu,” kata dia.

Moya melihat The Fed melambat setelah kondisi keuangan cukup ketat dan persebaran kredit melebar. Ini seharusnya tidak terlalu jauh pada masa depan.

“Itu mulai terjadi. Jika pasar saham turun 5 persen lebih rendah lagi, volatilitas akan melonjak lebih tinggi, dan pasar kredit akan memaksa Fed ke dalam sikap yang kurang hawkish dari kenaikan 25 basis poin. Dan itu tidak terlalu jauh. Seharusnya menjadi kabar baik untuk emas,” kata dia.