Dibayangi Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga The Fed, Harga Emas Melemah



Mengawali pekan ini, harga emas melemah. Ekspektasi kenaikan suku bunga acuan The Fed membuat harga logam mulia ini turun.

Berdasarkan data Treasury, Senin 30 Mei 2022, harga 1 gram emas menyentuh level 898.914. Harga emas ini sempat anjlok 895.544 pada pukul 06.00. Selama sepekan, harga emas terjun Rp2.553 dari Rp901.077 pada 23 Mei 2022 menjadi Rp898.524 pada hari ini. Harga emas bertengger di level tertinggi di Rp909.883 pada 24 Mei 2022, lalu turun ke level Rp898.070 sehari setelahnya.

Dikutip dari CNBC, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,11 persen ke level US$1.850,68 per ounce troy. Kondisi ini berbanding terbalik dengan penutupan perdagangan minggu lalu yang emas menguat 0,15 persen di level US$1.852,73 per ounce troy.

Selama seminggu, harga emas juga melemah 0,13 persen point to point. Dalam sebulan, terpantau harga emas melorot 2,41 persen.

 

Di Bawah Bayang-bayang Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga

Sekadar informasi, risalah pertemuan The Fed pada minggu lalu mengisyaratkan bahwa suku bunga acuan akan naik 50 basis poin pada Juni dan Juli ini. Beberapa pejabat The Fed juga ingin suku bunga juga dinaikkan pada September kalau inflasi belum juga terkendali.

Ekspektasi kenaikan The Fed ini membuat dolar AS menguat. Pada pagi ini, dolar index naik 0,015 persen ke level 101,683.

Analis Kinesis Money, Rupert Rowling, memprediksi harga emas bakal bergerak di level US$1.840-US$1.860 per ounce troy. Prediksi ini melihat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pergerakan emas dalam waktu dekat. Misalnya, pengumuman data Purchasing Manager Index (PMI) di China, data pengangguran di AS, dan data inflasi di Eropa.

“Emas sepertinya telah menemukan level harga yang sebenarnya. Sampai ada katalis baru yang muncul, kemungkinan emas akan bergerak di US$1.840-US$1.860 per ounce troy,” kata Rowling, dikutip dari Reuters.

Mengutip Kontan yang melansir Bloomberg, harga emas untuk pengiriman Agustus 2022 di Commodity Exchange ada di US$1.852,8 per ounce troy. Angka ini turun 0,24 persen dari akhir minggu lalu yang ada di level US$1.857,3 per ounce troy.

“Secara keseluruhan emas telah lebih kuat akhir-akhir ini karena kekhawatiran pertumbuhan yang lambat, membuat beberapa pedagang mempertanyakan apakah The Fed akan benar-benar bersedia melakukan pengetatan secara agresif dalam resesi,” kata Ahli Strategi Komoditas TD Securities, Ryan McKay.

McKay berpendapat kinerja ekonomi masih baik. Namun, inflasi menunjukkan level tertinggi secara tahunan. Harga emas bertahan di level US$1.850 per ounce troy sepanjang minggu lalu karena ada kekhawatiran kenaikan suku bunga yang agresif dan resesi di AS.

Sejauh ini, kata dia, data ekonomi menunjukkan AS bertahan dengan kondisi keuangan yang lebih ketat. Belanja konsumen pun disesuaikan dengan inflasi yang meningkat pada April di mana kenaikannya terbesar dalam tiga bulan.

 

Reaksi Pasar

Dikutip dari Liputan6.com yang mengutip Kitco.com, harga emas naik pada penutupan perdagangan minggu lalu. Analis melihat ada permintaan safe haven baru di tengah kecemasan inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Terlihat harga emas berjangka Commex Juni naik 1,8 persen ke level US$1.841,4 per ounce troy.

Di samping itu, analis juga melihat minggu ini merupakan ujian penting bagi emas. Sebab, pasar sedang berdebat tentang efek kenaikan suku bunga The Fed, ditambah dengan dengan prediksi aksi jual di ruang ekuitas yang mungkin belum berakhir.

“Selama beberapa minggu terakhir, kami melihat pasar saham menjual dan emas mengikutinya. Tapi kemudian kami mendapatkan puncak jangka pendek dalam imbal hasil Treasury, yang membuka pintu bagi emas untuk berperilaku sebagai tempat yang aman,” kata analis senior OANDA, Edward Moya.

Moya mengatakan bursa AS masih berisiko. Dia melihat ada satu penurunan besar terakhir. Ada kemungkinan sektor properti safe haven emas diuji sekali lagi.

Kepala Ekonom CIBC World Markets, Avery Shenfeld, menyebut pasar cemas inflasi dan pertumbuhan ekonomi bisa bereaksi cukup cepat terhadap kenaikan suku bunga The Fed. Kalau bukan itu masalahnya, The Fed akan meningkatkan jadwal pengetatan yang agresif. 

Ahli Strategi DailyFX, Michael Boutros, mengatakan ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih tinggi akan meningkat. Pasar harus menilai ulang prospek suku bunga The Fed. Saat ini, emas berada di posisi yang sulit dan berisiko mengalami aksi jual lebih lanjut di bawah US$1.800 per ounce troy.

“Dengan apa yang kami lihat di pasar ekuitas, kamu akan mengharapkan emas untuk menangkap tawaran beli. Kami melakukannya mingg ini, tapi reli tidak mengesankan. Dari sudut pandang teknis, kami berisiko menguji posisi terendah. Level US$1.781 atau lebih dalam masih ada di atas meja,” kata Boutros kepada Kitco.com.

Ini berarti investor harus bersiap-siap untuk harga sideways sampai emas bisa bergerak di atas level US$1.895 per ounce troy.

 

Tetap Optimis?

Namun, Moya lebih optimis harga emas masih menarik. Hal ini melihat kekhawatiran pertumbuhan ekonomi di AS dari data ekonomi yang lebih lemah pada minggu ini, bahkan ada klaim pengangguran naik.

“Semua ekspektasi adalah data memburuk. Seharusnya ada beberapa kemunduran untuk dolar AS. Ini seharusnya menjadi berita baik untuk emas. Kami akan melihat emas bertahan di US$1.800 hingga minggu depan. Tapi, lebih banyak pergerakan turun di ekuitas bisa mematahkan itu,” kata dia.

Moya melihat The Fed melambat setelah kondisi keuangan cukup ketat dan persebaran kredit melebar. Ini seharusnya tidak terlalu jauh pada masa depan.

“Itu mulai terjadi. Jika pasar saham turun 5 persen lebih rendah lagi, volatilitas akan melonjak lebih tinggi, dan pasar kredit akan memaksa Fed ke dalam sikap yang kurang hawkish dari kenaikan 25 basis poin. Dan itu tidak terlalu jauh. Seharusnya menjadi kabar baik untuk emas,” kata dia.