Harga Emas Menguat di Tengah Sinyal Kenaikan Suku Bunga Fed Akan Melambat



Jumat, 2 Desember harga emas melonjak lebih dari 2 persen dan menembus level US$1.800 per ons. Logam mulia ini tancap gas di tengah pelemahan dolar AS. Indeks dolar AS loyo karena Federal Reserve memberi sinyal kenaikan suku bunga acuannya akan melambat.

Harga emas Treasury hari ini naik 0,01 persen ke Rp922.210 per gram. Jika dibandingkan dengan minggu lalu, logam mulia ini menguat 7,9 persen. Harga emas dunia di pasar spot naik 1,9 persen ke US$1.801,79 per ons. Harga emas berjangka AS pun ikut lompat 3,2 persen ke US$1.816 per ons.

Analis Senior Kitco Metals, Jim Wyckoff, mengatakan ada sikap dovish yang kentara dari Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell. Sikap ini mendukung pasar komoditas dan memukul dolar AS. “Kami melihat sikap dovish,” kata Wyckoff.

Sekadar informasi, dalam pidatonya, Powell menilai ini saat yang tepat untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga acuan yang akan datang. Dia juga menambahkan kebijakan menahan suku bunga diperlukan untuk menekan inflasi. 

Alhasil dolar AS jatuh mendekati level terendah selama empat bulan terhadap para pesaingnya. Diketahui indeks dolar yang mengukur greenback turun 1,15 persen ke 104,73. Melemahnya dolar AS menjadikan emas lebih murah bagi pembeli luar negeri.

Ditambah lagi, data ekonomi AS menunjukkan kondisi yang beragam. Menurut data dari Departemen Perdagangan AS, indeks harga pengeluaran konsumen naik 0,3 persen pada Oktober 2022. Jika tidak termasuk makanan dan energi, indeksnya menguat 0,2 persen. Kemudian, Institute Supply Management menyebut indeks aktivitas manufaktur AS melemah dari 52,0 ke 49,0.

Lalu, data Departemen Perdagangan AS menunjukkan pengeluaran konstruksi AS turun 0,3 persen pada Oktober 2022. Padahal, pada September 2022, angkanya naik 0,1 persen.

Departemen Perdagangan AS menunjukkan ada 225 ribu klaim pengangguran pada 26 November 2022. Angkanya turun 16 ribu dari revisi November 2022. Ini merupakan angka penurunan yang tertajam sejak Juni 20202.

Kini, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan 50 basis poin pada Desember 2022 menjadi 91 persen. Lalu, moderasi di tren inflasi semakin mendongkrak minat investor terhadap emas. Dari sisi teknis, emas diperdagangkan di atas rata-rata pergerakan 50 hari, 100 hari, dan 200 hari. Bagi para pedagang, ini dianggap sebagai sinyal bullish. 

Kini, fokus pasar beralih ke data gaji non pertanian. Departemen Tenaga Kerja AS akan merilis data ini besok. “Kalau angka gaji mengkonfirmasi ada pelemahan, pasar emas pasti punya alasan untuk menunggu bergerak lebih tinggi,” kata Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank, Ole Hansen.

Mengikuti emas, harga perak dunia di pasar spot naik 2,3 persen ke US$22,7 per ons, platinum menguat 0,85 persen ke US$1.041,5 per ons dan paladium menanjak 3,2 persen ke US$1.941,72 per ons.

Emas memang sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS. Suku bunga yang tinggi bisa meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil. Namun, sinyal Fed melemahkan dolar AS dan menjadi peluang bagus untuk emas karena harganya bisa lebih murah bagi pembeli luar negeri.

Yang Mempengaruhi Harga Emas Pekan Ini

Harga emas melemah pada dua hari pertama minggu ini. Hal ini disebabkan oleh pernyataan pejabat The Fed yang bernada hawkish.

Pertama, menurut pejabat Fed, pasar tenaga kerja terlalu ketat sehingga Federal Reserve memerlukan banyak kelonggaran sebelum ada perlambatan laju kenaikan suku bunga. Kedua, komentar hawkish dari Pimpinan Fed Cabang St. Louis, James Bullard. Bullard menyebut Fed harus dinaikkan dan dipertahankan sepanjang 2023-2024. “James Bullard tampaknya cukup hawkish,” kata Kepala Strategi Pasar Blue Line Futures, Phillip Streible.

Selanjutnya, ada kecemasan pasar terhadap demonstrasi di China yang semula ikut melemahkan emas. Investor takut aksi ini membuat demand emas bisa turun. Sekadar informasi, aksi unjuk rasa di China disebabkan oleh ketidakpuasan terhadap lockdown akibat Covid-19. Ini merupakan aksi demonstrasi terbesar sejak 1989 di Lapangan Tianmen.

Pada hari ketiga, harga emas menguat karena dolar AS bergerak stabil dan unjuk rasa yang memicu ada kekhawatiran terhadap keadaan politik di China. Aksi ini, menurut analis Kitco Metals, Jim Wyckoff, bisa memaksa Negeri Tirai Bambu untuk mundur dari lockdown yang ketat. Penguncian yang dilakukan untuk meredam persebaran Covid-19 ini telah melumpuhkan ekonomi terbesar kedua di China.

Pada hari keempat, harga emas semakin merekah karena pernyataan Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell. Powell melempar sinyal hijau akan melambatkan laju kenaikan suku bunga acuannya. Menurut dia, itu merupakan kebijakan yang paling masuk akal.

Kini, fokus pasar beralih ke data gaji non pertanian. Departemen Tenaga Kerja AS akan merilis data ini besok. “Kalau angka gaji mengkonfirmasi ada pelemahan, pasar emas pasti punya alasan untuk menunggu bergerak lebih tinggi,” kata Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank, Ole Hansen. 

Prospek emas yang makin kinclong ini membuat peluang makin untung pun semakin besar. Kamu mau ikutan untung investasi emas, tapi belum punya logam mulia?

Kini, Sobat Treasury bisa membeli emas dengan lebih mudah. Kamu bisa membelinya melalui aplikasi emas digital seperti Treasury. Harganya sangat terjangkau, mulai dari Rp5 ribu. Lebih murah daripada semangkok soto babat, kan?

Selain itu, ada banyak kelebihan yang ditawarkan aplikasi ini, seperti jaminan emas di PT Untung Bersama Sejahtera (UBS) sesuai dengan gramasi, bisa cetak emas digital menjadi logam mulia batangan melalui fitur Cetak Emas, serta membeli koin emas Koin Nusantara dan koleksi perhiasan emas dari UBS Lifestyle.

Menarik banget, kan? Yuk investasi emas di Treasury sekarang!