Merekam Pergerakan Harga Emas Sepanjang 2023 dan Proyeksi Tahun Depan



Harga emas sepanjang tahun 2023 berfluktuasi kencang lantaran dunia keuangan tahun alami kebijakan moneter yang ketat di banyak negara dalam rangka mengkontrol larinya inflasi. Lingkungan makro ekonomi ini akan mendikte harga emas yang sangat erat berhubungan dengan dolar AS karena harga emas diperdagangkan dalam dolar AS. Kombinasi dari naiknya yields Obligasi Treasury AS, tingkat bunga kunci The Fed, membumbungnya indeks dolar AS dan meningkatnya ketegangan geopolitik menjadi elemen berpengaruh terhadap naik dan turunnya harga emas.

Bank sentral mulai menaikkan suku bunga awal tahun 2022 untuk mengendalikan inflasi tinggi, dan kenaikan ini berlanjut di tahun 2023 karena inflasi tetap sulit ditekan. Ditambah dengan invasi Rusia yang berkepanjangan terhadap Ukraina dan konflik segar yang memunculkan ketegangan di Timur Tengah, para pelaku pasar menghadapi tingkat ketidakpastian yang tinggi sepanjang tahun ini.

Dari data di atas dapat dirangkum terjadi fluktuasi, emas mengalami tahun yang lebih konsisten dibandingkan pada tahun 2022, ketika diuji oleh resistensi di level Rp997.438 per gram, namun juga turun mendekati level Rp797.950 per gram. Dan jika kita rangkum pergerakan harga emas per kuartal pada tahun lalu, berikut adalah penjelasannya.

 

Harga Emas di Kuartal 1 (Januari – Maret 2023)

Tahun 2023 menjadi tahun yang lebih stabil bagi harga emas dibandingkan dengan tahun 2022, namun logam kuning ini tetap mengalami beberapa perubahan harga drastis, terutama selama paruh pertama tahun tersebut. Emas memulai periode ini di Rp917.143 per gram dan naik dengan cepat, didorong oleh pelemahan dolar AS dan penurunan 37 basis poin pada yield obligasi AS 10 tahun. Logam ini mendapat dukungan tambahan melalui pembelian oleh bank sentral, dan hingga akhir Januari telah mencapai level Rp972.585 per gram.

Kenaikan yang terjadi pada bulan pertama tidak bertahan hingga Februari. Harga emas merosot akibat kenaikan suku bunga 0,25 persen oleh Federal Reserve AS pada 1 Februari, dan terus mundur seiring dengan penguatan ekonomi AS, dolar, dan yield obligasi. Logam mulia ini akhirnya turun ke level terendah tahun ini sebesar Rp902.615 per gram pada tanggal 23 Februari.

Terjadi perubahan ke arah yang berbeda pada awal Maret ketika krisis perbankan melanda AS, dimulai dengan keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB). Sebagian besar uang SVB berada di obligasi pemerintah, yang menjadi lebih berisiko saat suku bunga tinggi,  SVB tidak memiliki cukup uang tunai untuk menutupi penarikan uang yang meningkat dari klien industri teknologi yang sedang berjuang.

Sebagai hasilnya, pada tanggal 8 Maret, SVB mengumumkan bahwa mereka telah menjual sebagian dari portofolio sekuritasnya dengan kerugian sebesar US$1,8 miliar. Langkah ini membuat harga sahamnya jatuh drastis, dan regulator The Fed turut campur tangan saat klien memburu penarikan uang mereka.

Pada hari yang sama, Silvergate Bank di California mengumumkan bahwa mereka sedang menutup operasi dan melikuidasi aset. Peristiwa ini diikuti dengan berita pada 12 Maret bahwa Signature Bank di New York City juga akan ditutup. Kedua bank ini telah menjadi lembaga keuangan kritis bagi perusahaan cryptocurrency, dengan bursa crypto yang gagal (FTX) menjadi klien utama Silvergate.

Kedua kejadian ini mengirimkan gelombang kejut melalui sistem keuangan global, dan berkontribusi pada kejatuhan Credit Suisse pertengahan Maret, bank terbesar kedua di Swiss. Dimana manajemen yang buruk dan juga beberapa skandal yang terjadi pada beberapa tahun belakangan ini turut menjadi andil kejatuhan Credit Suisse tersebut.

Krisis perbankan membantu menaikkan harga emas dari Rp904.695 per gram pada 5 Maret menjadi Rp992.016 per gram pada 15 Maret. Kuartal 1 2023 ditutup dengan kenaikan suku bunga kedua Fed di tahun 2023 pada 22 Maret. Bank sentral menambahkan 0,25 persen lagi untuk menaikkan suku bunga menjadi 5 hingga 5,25 persen.

Harga Emas di Kuartal 2 (April – Juni 2023)

Kuartal kedua ditandai oleh ketidakpercayaan yang berlanjut terhadap sistem perbankan global, dan kekhawatiran ini memungkinkan harga emas untuk melampaui Rp997.438 per gram pada 3 April. Ketakutan investor yang terus berlanjut mendorong harga emas mendekati rekor tertingginya sebesar Rp1.022.333 per gram pada 3 Mei. Namun, pada hari yang sama, The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga ketiganya tahun ini, meningkatkan suku bunga menjadi 5,25 hingga 5,5 persen dan menjaga kenaikan emas tetap terkendali.

Dengan suku bunga pada level tertinggi dalam 22 tahun dan kepercayaan kembali ke sektor perbankan, sentimen investor terhadap emas merosot menjelang akhir Mei dan Juni karena aset bunga mulai menarik minat para investor.

Harga Emas di Kuartal 3 (Juli – September 2023)

Kuartal ketiga menjadi bagian paling sepi dalam tahun ini bagi emas, meskipun indeks global utama seperti Dow Jones Industrial Average (INDEXDJX:.DJI), S&P 500 (INDEXSP:.INX), S&P/TSX Composite Index (INDEXTSI:OSPTX), dan Nikkei 225 (INDEXNIKKEI:NI225) mencapai level tertinggi tahunan atau mendekati level tahunan dalam paruh pertama kuartal.

Periode Juli hingga September menjadi periode penurunan harga emas pada tahun ini, namun kerugian terbesar terjadi pada akhir kuartal. Pada tanggal 20 September, The Fed mengumumkan akan mempertahankan suku bunga pada level 5,25 hingga 5,5 persen. Lima hari setelahnya, harga emas mulai merosot, pertama turun di bawah Rp947.565 per gram dan kemudian terus turun hingga akhir periode di Rp921.946 per gram.

Harga Emas di Kuartal 4 (Oktober – November 2023)

Dengan harga emas turun ke level terendah tahun ini sebesar Rp907.672 per gram pada 4 Oktober, logam berharga ini tampaknya akan turun di bawah level Rp897.963 per gram dalam kuartal keempat. Namun, pada 7 Oktober konflik geopolitik baru di Timur Tengah antara Israel dan Palestina, memunculkan kekhawatiran tentang negara-negara Arab yang akan ikut terlibat dalam konflik tersebut.

 

Saat konflik terus berlanjut, harga emas mengalami kenaikan sepanjang Oktober, ditutup di level Rp1.000.968 per gram pada 27 Oktober; dilanjut dengan fluktuasi harga emas di antara Rp962.526 per gram dan Rp997.438 per gram hingga akhir November. Momentum emas terus berlanjut dikarenakan kekhawatiran akan konflik Israel-Palestina dan faktor-faktor lainnya, mencapai rekor tertinggi sebesar Rp1.073.391 per gram pada tanggal 3 Desember.

Pada tahun ini juga investor memantau ketat langkah selanjutnya dari The Fed. Konsensusnya adalah bahwa bank sentral telah selesai melakukan kenaikan dan tidak akan membuat langkah lain hingga memulai penurunan suku bunga pada pertengahan tahun 2024. Namun, The Fed terus memantau kondisi ekonomi dan telah menyarankan bahwa kenaikan suku bunga belum benar-benar dihapus dari daftar opsi saat mencoba memenuhi target inflasi 2%.

Pasokan dan Permintaan Emas di 2023

Meskipun dinamika pasokan dan permintaan biasanya bukan faktor utama dalam harga emas, pembelian kuat oleh bank sentral telah membantu menjaga kenaikan harga emas di tengah suku bunga yang tinggi. Setelah memecahkan rekor pada tahun 2022 dengan pembelian sebanyak 1.136 ton metrik, permintaan bank sentral disinyalir akan mencatatkan rekor baru pada tahun 2023 — total sebanyak 800 ton metrik telah dibeli hingga akhir Q3.

Ketidakstabilan di sektor perbankan dan geopolitik telah berpengaruh negatif terhadap suku bunga tinggi dan hasil obligasi, namun berhasil menjaga harga emas tetap tinggi sepanjang tahun 2023. Bahkan, hal ini memungkinkan emas mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa. Dengan konflik antara Rusia dan Ukraina yang masih berkecamuk, serta ketegangan yang mencapai puncaknya di Timur Tengah, emas kemungkinan besar dapat mempertahankan momentumnya hingga tahun 2024.

Prediksi Tren Emas di Tahun 2024

Lalu bagaimana dengan harga emas 2024 mendatang? Beberapa serangkaian elemen yang bisa menggerakkan harga emas pada tahun 2024. Kita perlu melihat pada dolar AS, kesehatan ekonomi AS, tingkat inflasi, rencana moneter dari bank sentral AS, ketegangan geopolitik dan sentimen pasar pada umumnya.

Dibandingkan dengan assets berharga lainnya, dengan berjalannya waktu, emas cenderung berhasil mempertahankan nilainya dan dipandang sebagai alat investasi yang dipercaya yang dapat menyimpan nilainya.

 

Berikut ini adalah faktor – faktor kunci yang bisa membentuk harga emas pada tahun 2024:

Dolar AS

Kuat lemahnya dolar AS mempengaruhi naik turunnya harga emas secara signifikan. Kedua assets ini saling berkompetisi di dalam perannya sebagai assets safe – haven yang dicari investor. Apabila dolar menguat, umumnya harga emas akan jatuh dan sebaliknya.

Pada tahun 2023, nilai dolar terapresiasi terhadap kebanyakan mata uang utama lainnya di dunia dengan the Fed terus mempertahankan tingkat bunganya di level yang tinggi dalam rangka mengendalikan inflasi yang terus naik dan mencapai puncaknya sebesar 9.1% pada tahun 2022.

Terapresiasinya dolar AS juga disebabkan karena naiknya yield obligasi treasury AS dan meningkatnya permintaan terhadap asset yang aman.

Memulai awal tahun 2023, indeks dolar AS berada pada ketinggian di level 104.685 pada tanggal 3 Januari 2023. Pada tanggal 2 Oktober 2023, indeks dolar AS berhasil naik sampai ke level 107.029. Namun setelah itu dolar AS berbalik turun karena semakin meningkatnya eskpektasi bahwa bank sentral AS, the Fed, telah selesai dengan siklus kenaikan tingkat bunganya.

Persepsi pasar bahwa bank sentral AS telah selesai dengan siklus kenaikan tingkat bunganya didukung oleh mulai melambatnya perekonomian AS dan melonggarnya kondisi pekerjaan di AS. 

Pada tahun 2024, dolar AS bisa saja berhasil mempertahankan kekuatannya atau bahkan lebih kuat lagi menghadapi rival – rival utamanya. Performa ekonomi negara – negara lain, khususnya Cina dan Eropa dengan kebijakan moneternya masing – masing akan menjadi faktor penentu yang signifikan.  Dolar AS yang kuat akan membuat harga emas dipandang menjadi mahal dan menjadi kurang menarik bagi para pembeli internasional yang bukan dari Amerika Serikat.

Meskipun demikian, kemungkinan besar Federal Reserve akan berbalik arah pada tahun 2024 dan mulai menurunkan tingkat bunga mereka – suatu pandangan yang dipercaya oleh banyak partisipan di pasar karena inflasi umum Amerika Serikat turun lebih cepat daripada banyak negara lain seperti Inggris dimana harga supply masih tetap tinggi secara persisten.

 

Kondisi Ekonomi AS

Ekonomi AS adalah penggerak harga emas yang signifikan. Kondisi kesehatan ekonomi AS mempengaruhi sentimen investor terhadap aset-aset yang aman, prediksi terhadap tingkat bunga dan persepsi mengenai inflasi.

Tahun 2023 ekonomi AS mengalami rebound dari dampak pandemik Covid-19. Meskipun demikian pemulihan ekonomi AS ini bukannya tanpa rintangan. Kurangnya pekerja, disrupsi rantai supply yang mengakibatkan naiknya harga – harga komoditas ditambah lagi dengan perang Ukraina yang membuat harga minyak mentah membumbung tinggi, akibat banyaknya sanksi terhadap Rusia yang adalah salah satu negara pengekspor utama minyak mentah, dan OPEC+ memangkas produksi minyak mentah sehingga menurunkan belanja konsumen AS. Semuanya ini mengakibatkan ekonomi AS merosot, meskipun masih dapat bertahan sehingga tidak sampai masuk ke jurang resesi yang dalam.

Memasuki tahun 2024, masih ada gangguan minor di dalam ekonomi AS yang berlangsung sampai akhir tahun 2023 dan bulan-bulan permulaan dari tahun 2024. Penyebabnya bisa karena isu mengenai batas hutang dan terjalnya fiskal sampai kepada kebijakan Federal Reserve yang meneruskan kebijakan pengetatannya.

Hal-hal ini akan bisa menggerakkan harga emas naik untuk sementara, dalam jangka pendek, dengan para investor akan berusaha mencari asset yang dapat dipercaya untuk melawan inflasi dan ketidakstabilan keuangan. Menjelang tahun 2023 berakhir, ekonomi AS masih tetap kuat sekalipun tingkat bunga terus meningkat dan dipertahankan di level yang tinggi.

Tingkat Inflasi

Apa yang orang perkirakan mengenai inflasi sangat penting bagi harga emas. Hal ini mempengaruhi tingkat bunga riil dan seberapa banyak permintaan akan emas sebagai cara untuk melindungi assets dari inflasi. Tekanan inflasi pada tahun 2023 terbawa dari tahun 2022, dan persisten tinggi di banyak negara pada tahun 2023. Hal ini terjadi karena “base-effect”, pembukaan ekonomi kembali setelah lama ditutup akibat pandemik Covid-19, ketidak-seimbangan antara supply dan demand dan naiknya harga-harga bahan mentah.

Tingkat inflasi di Amerika Serikat telah turun meskipun masih di atas dari target bank sentral AS, the Fed, sebesar 2%. Pada bulan Juni 2022, inflasi di Amerika Serikat mencapai puncaknya di 9.1%, namun setelah itu inflasi di Amerika Serikat berangsur turun selaras dengan dinaikkanya Tingkat bunga oleh the Fed. Pada bulan Oktober 2023 tingkat inflasi di Amerika Serikat telah turun ke level 3.2%.

 

Departemen Perdagangan AS mengatakan bahwa Core Personal Consumption Expenditures price index AS pada bulan Oktober naik 0.2%, turun dibandingkan dengan kenaikan pada bulan September sebesar 0.3%. Data ini tidak mengejutkan pasar karena keluar sesuai dengan yang diperkirakan. Untuk angka tahunan selama 12 bulan sampai bulan Oktober, inflasi inti AS muncul dengan kenaikan sebesar 3.5%, tetap berada jauh di atas dari target Federal Reserve sebesar 2%, namun sudah di bawah dari angka bulan September, kenaikan sebesar 3.7%.

Turunnya tingkat inflasi di Amerika Serikat ini, sekalipun masih di atas dari target 2%, telah  membangkitkan persepsi bahwa bank sentral AS, the Fed, akan segera menyudahi siklus pengetatan moneternya sehingga mendorong naik harga emas dengan ekspektasi akan turunnya dolar AS.

Pada tahun 2024, tekanan inflasi mungkin mereda atau bisa juga tetap tinggi. Hal ini tergantung kepada durasi dari tekanan inflasi itu sendiri, kebijakan moneter dan fiskal yang diterapkan oleh bank sentral, ekspektasi orang-orang mengenai inflasi.

Harga emas pada tahun 2024 bisa dipengaruhi oleh faktor- faktor di atas. Terutama, apabila inflasi dipandang sebagai cepat berlalu atau tetap bertahan lama, yang akan mengakibatkan turunnya atau naiknya tingkat bunga riil. Hal ini akan bisa berpengaruh terhadap naiknya atau turunnya harga emas. Harga emas sendiri sempat mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada 1 Desember dan telah menguat kecuali satu kali dalam delapan minggu terakhir.

Prospek Dewan Emas Dunia pada tahun 2024 memproyeksi harga emas berpeluang naik 5% hingga 10% dari skenario ekonomi yang akan memberikan tekanan pada harga emas. Sebaliknya, penurunan ekonomi yang lemah atau keras akan mendukung harga emas, menurut perkiraan dewan emas, dan skenario terakhir kemungkinan akan mendorong harga emas "lebih tinggi."

Hampir semua orang berharap bahwa emas akan naik di tahun 2024, dengan beberapa analis memprediksi nilai mencapai Rp1.147.052 per gram. Namun, secara umum emas memang sudah dikenal sebagai safe haven bagi para investor terutama untuk menjadi investasi jangka panjang, berikut adalah lima alasan mengapa emas selalu menjadi safe haven bagi para investor. 

Sebagai Perlindungan dari Inflasi

Emas sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Selama periode kenaikan harga, nilai mata uang fiat (yang tidak didukung oleh komoditas, seperti emas atau perak) mungkin turun. Namun, emas cenderung mempertahankan nilai atau bahkan menghargai nilainya.

Sebagai Penyimpanan Nilai Historis

Nilai emas telah bergerak naik selama hamper satu abad terakhir. Seperti yang dicatat oleh Biro Emas Amerika Serikat, berbeda dengan penurunan nilai dolar AS dari waktu ke waktu, nilai emas telah "meledak." Sepanjang sejarah, emas telah mempertahankan daya belinya, menjadikannya aset yang dapat diandalkan selama ketidakpastian ekonomi.

Diversifikasi

Pikirkan emas sebagai elemen yang berbeda dalam portofolio Anda. Tujuan utama dari diversifikasi adalah untuk menyertakan aset dari kelas yang tidak berkorelasi untuk membantu mengurangi risiko secara keseluruhan. Hubungan antara emas dan saham pada dasarnya adalah tidak ada.

Penerimaan Global

Dikenali dan diterima secara global, serta tidak terikat pada negara tertentu, emas adalah simpanan nilai universal yang dapat dengan mudah diperdagangkan atau dikonversi menjadi aset lain. Permintaan global terhadap logam mulia ini meningkat 20% tahun lalu dan nilainya berada pada level tertinggi dalam satu decade terakhir.

Pasokan Terbatas

Dengan pasokan emas yang relatif terbatas dan penemuan baru yang semakin langka, kelangkaan ini dapat berkontribusi untuk mempertahankan nilai emas dari waktu ke waktu. Pada tahun 2020, BBC melaporkan bahwa kita mungkin telah mencapai puncak emas — "saat produksi emas tidak lagi bertumbuh, dan industri pertambangan tidak dapat memenuhi permintaan yang meningkat," seperti yang dilaporkan Forbes. Dilihat sebagai komoditas yang terbatas, nilai emas mungkin akan terus meningkat melampaui ekspektasi siapa pun.

Melihat pergerakan harga emas yang terus naik setiap tahunnya dan segala keunggulan yang dipaparkan di atas, maka tidak ada alasan lagi untuk kamu Sobat Treasury untuk memulai tahun depan dengan investasi 

Investasi emas adalah investasi jangka menengah dan jangka panjang. Kini, Sobat bisa membeli emas dengan mudah dan murah, mulai dari Rp5 ribu di Treasury!

 

Jangan khawatir dengan legalitas dan keamanan Treasury. Treasury, merupakan pedagang emas fisik digital pertama yang berlisensi BAPPEBTI.  Transaksi digital terjamin aman karena telah terdaftar di KOMINFO dan berpartner dengan ICH untuk menjamin keamanan transaksi pengguna. Treasury Merupakan anggota dari ICDX yang merupakan lembaga kliring serta bursa berjangka. Transaksinya pun aman karena merupakan anggota dari ICDX yang merupakan lembaga kliring serta bursa berjangka yang diawasi oleh BAPPEBTI. 

 

Fitur-fitur lainnya dari Treasury pun nggak kalah menarik. Kamu bisa punya tabungan emas berjangka dengan bunga  s.d 9% p.a di Panen Emas. Atau bisa juga menjual sementara emasmu di Jamimas dengan biaya rendah, pencairan dananya cepat lho! Beli perhiasan dan koin emas Koin Nusantara pun bisa kamu lakukan di sini!

 

Menarik banget, kan? Yuk investasi emas di Treasury sekarang!