Jauhi Sifat Ini dalam Investasi, Bisa Buat Rugi Besar!



Menjadi kaya tak jarang menjadi mimpi banyak orang. Untuk mencapai mimpi itu, mereka melakukan beragam cara untuk menjadi kaya.

Namanya juga manusia, selalu ada rasa tidak cukup. Ada saja orang-orang yang menghalalkan segala cara untuk terus menjadi kaya. Misalnya, Raja Gupta—seorang miliarder yang pernah menjadi petinggi di Goldman Sachs. Pada 2008, dia memiliki kekayaan senilai US$100 juta. Namun, reputasi dan kariernya hancur. Gupta dipenjara karena menipu klien-kliennya.

Sama halnya Bernie Madoff. Pria ini mendirikan perusahaan sekuritas Bernard L. Madoff Investment Securities, dikutip dari IDX Channel. Perusahaan ini sukses menarik minat orang-orang untuk berinvestasi. Omzetnya pun tak main-main, yaitu US$25 juta-US$50 juta per tahun. Usut punya usut, perusahaan yang didirikan oleh pria itu merupakan investasi bodong. Madoff menipu para kliennya hingga senilai US$65 miliar dengan skema ponzi.

Ada persamaan antara Gupta dan Madoff, yaitu serakah. Mereka sama-sama punya segalanya. Tapi, itu dibuang karena ingin lebih kaya seakan-akan tak pernah tahu kapan merasa cukup.

 

Jangan Tamak

Sifat serakah ini juga acapkali dimiliki orang-orang yang berinvestasi. Mereka ingin menjadi kaya, tapi tak sabaran. Alhasil, ada saja yang kecemplung di investasi bodong.

Dikutip dari Tribunnews, pengajar di Prasetiya Mulya Business School, Lukas Setia Atmaja, mengatakan tipe orang yang tidak melek keuangan dan kepepet masih bisa disadarkan dari ancaman investasi bodong. Caranya dengan terus-menerus sosialisasi produk keuangan dan investasi yang legal.

 Tapi, yang susah disadarkan adalah orang yang tamak. Lukas menyebut sifat rakus sudah ada di dalam diri setiap orang. Bedanya, ada yang bisa mengendalikan dan ada yang tidak.

 “Kalau greedy, ya, susah,” kata dia.

Agar terhindar dari sifat serakah, ada empat hal penting yang perlu diingat.

 

Pertama, godaan pengelolaan keuangan tersulit adalah menjaga “goals”. Sebisa mungkin tujuan keuangan tetap dijaga agar tidak melenceng. Misalnya, kamu ingin pensiun dini pada usia 40-an dan sudah punya cukup dana untuk mencapai tujuan finansial.

Saat ada tawaran investasi datang, lebih baik tengok kembali kondisi keuanganmu. Kalau tidak ada dana `nganggur`, jangan sekali-kali menggunakan pos lainnya untuk investasi. Ingat, jangan sampai mempertaruhkan apa yang dimiliki dan dibutuhkan untuk yang tidak dimiliki dan dibutuhkan.

 

Kedua, ini bukan lomba panjat sosial. Perlu dicatat, tujuan pengelolaan keuangan bukan untuk berlomba kaya. Dikutip dari Chubb Life, mengelola keuangan bertujuan untuk mencapai kestabilan finansial. Dengan kondisi keuangan yang stabil, Sobat Treasury bisa menyambut masa depan dengan lebih tenang.

Mencapai tujuan finansial pun tak bisa dilakukan dengan singkat. Ada langkah-langkah yang dilakukan dengan proses yang tak sebentar agar tujuan keuangan bisa tercapai. Misalnya, berinvestasi kepada diri sendiri, menghasilkan uang dari hobi, membuat anggaran bulanan, bijak dalam berbelanja, sampai merencanakan pensiun.

 

Ketiga, “cukup” tidak terlalu sedikit. Orang yang bernafsu ingin lebih dalam berinvestasi hanya akan berujung pada penyesalan. Selain bisa memancing investasi bodong baru, Lukas mengatakan sifat serakah juga bisa membuat investor berubah menjadi korban. 

Disebutkan bahwa tawaran money game baru justru menjadi peluang bagi masyarakat untuk mencari untung. Bahkan, ada adu cepat masuk agar peluang untung lebih besar. Bagaimana dengan yang belakangan masuk? Ya, akan menjadi korban.

 

Keempat, jangan gampang tergiur. Saat datang tawaran investasi, lebih baik kamu tidak mudah tergiur dengan potensi keuntungan yang tinggi. Bisa saja tawaran investasi itu bodong dan akan membuatmu menanggung risiko yang besar.

Saat mendapatkan tawaran investasi ini, ada baiknya kamu mengecek ulang. Untuk legalitas, misalnya, apakah investasi ini mengantongi izin dari otoritas terkait atau tidak. Lalu, cek potensi keuntungan yang ditawarkan.

Dikutip dari Times Indonesia, pada umumnya, investasi jangka panjang menawarkan keuntungan 15-20 persen. Kalau keuntungan yang ditawarkan suatu investasi lebih dari itu dan didapatkan dalam waktu yang singkat, kamu perlu curiga bahwa itu adalah money game alias investasi bodong.  

Agar tak terjerembab di investasi bodong, kamu bisa memilih investasi emas di aplikasi Treasury. Aplikasi ini mendapatkan izin BAPPEBTI sebagai pedagang emas digital dengan surat keputusan 001/P-ED/BAPPEBTI/12/2021. Selain itu, harga emasnya pun diperbarui setiap menit.

Keamanannya pun terjamin karena Treasury merupakan anggota ICDX yang merupakan lembaga kliring serta bursa berjangka yang diawasi oleh BAPPEBTI, bekerja sama dengan ICH untuk menjamin keamanan transaksi pengguna, sistem elektronik telah terdaftar di Kominfo, serta anggota dari AFTECH (Indonesia Financial Technology Association).

 

Banyak keuntungan yang kamu dapatkan investasi emas di Treasury

Jaminan kepemilikan Logam Mulia di UBS (PT Untung Bersama Sejahtera), sesuai dengan gramasi emas yang kamu miliki di aplikasi Treasury. Kamu bisa mencetaknya menjadi Logam Mulia (emas fisik) mulai dari 0,1 gram, kapanpun dibutuhkan atau mencairkannya menjadi uang tunai hanya dalam 2x24 jam.

Lebih dari itu, kamu juga bisa mewariskan investasi emas, membuat rencana masa dengan fitur Rencana Emas, transfer emas, serta membeli berbagai koleksi perhiasan terbaru dari UBS Lifestyle. Makanya, download aplikasi Treasury sekarang!