Gaya Hidup Sederhana Bung Hatta yang Patut Diteladani



Berstatus sebagai proklamator kemerdekaan Indonesia, Mohammad Hatta atau Bung Hatta memiliki gaya hidup sederhana dan tulus. Ia dikenal sebagai sosok yang tidak suka berfoya-foya dan hidup dengan hemat. Meskipun memiliki posisi penting dalam pemerintahan, ia tetap menjalani kehidupan yang sederhana dan tidak mewah.

Gaya hidup Bapak Koperasi Indonesia ini patut diteladani bagaimana mengelola keuangan yang baik. Sebagai manisia merdeka Bung Hatta mengajarkan kita akan nilai-nilai luhur yang semestinya menjadi panduan dalam menjalani kehidupan.

Beliau tidak tergoda oleh kemewahan materi, tetapi lebih mengutamakan pengabdian kepada rakyat dan negara. Sikap sederhana ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, bahwa kebesaran sejati tidak hanya terletak pada jabatan atau harta, tetapi juga dalam sikap rendah hati dan kesediaan untuk berkontribusi positif kepada sesama.

Sifat merdeka yang tercermin dalam perjuangan Bung Hatta adalah bukti nyata keteguhan dan tekad dalam menghadapi rintangan. Beliau tidak cuma melawan penjajah fisik, tetapi juga melawan batasan-batasan mental yang mungkin menghambat perjuangan.

Berikut adalah gaya hidup sederhana dari sosok Bung Hatta yang patut diteladani para generasi muda saat ini:

Enggan Pakai Mobil Dinas untuk Keperluan Pribadi

Pada 1950 ibu Bung Hatta, Siti Saleha, ingin bertemu putranya. Hatta lantas meminta keponakannya, Hasjim Ning untuk menjemput ke Sumedang. Hasjim mengusulkan agar Ibu Siti dijemput dengan mobil dan supir wapres saja, agar muncul kebanggaan. Tapi Hatta marah dan menolaknya.

"Tidak bisa. Mobil ini bukan kepunyaanku, tapi kepunyaan negara," kata Hatta ketika itu.

Putri Bung Hatta, Meutia Hatta mengenang sang ayah dan sang ibu dilarang masuk ke dalam mobil dinas yang dibeli dengan uang negara.

"Beliau kan memang diberi mobil dinas selaku Wakil Presiden dengan pelat nomor RI 2. Mobil itu hanya digunakan kalau ke kantor Wakil Presiden, lalu bila ada acara dengan Presiden. Hanya Beliau yang pakai mobil dinas itu," ujar Meutia.

Sang ibunda baru dibolehkan menumpang mobil tersebut bila mendampingi dalam kapasitas sebagai istri wakil presiden atau untuk kegiatan kenegaraan. Selain dalam kapasitas tersebut, Bung Hatta tak mengizinkan.

Hanya Selembar Kertas Milik Negara Tak Boleh Dipakai untuk Pribadi

Bagi Hatta, kehidupan pribadi dan pekerjaannya mesti dipisahkan, termasuk dalam hal fasilitas yang diberikan negara untuknya. Ia pernah memarahi sekretarisnya, I Wangsa Wijaya, karena menggunakan tiga lembar kertas Sekretariat Negara untuk membuat surat kantor wapres. Hatta kemudian mengganti tiga kertas tersebut dengan uang kas wapres. Memang terdengar sepele, namun itulah caranya meneguhkan integritas, sesuai dengan pepatah Jerman yang dipegang teguh oleh Hatta “Der Mensch ist, war es iszt” - sikap manusia sepadan dengan caranya mendapat makan.

Hal ini juga ditanamkan pada putri-putrinya. Suatu kali, Gemala Rabi'ah Hatta yang sempat bekerja sambilan di Konsulat Jenderal Indonesia di Sydney ketika mendapat beasiswa di Australia berkirim surat kepada ayahnya. Surat itu ternyata menggunakan amplot milik Konsulat dengan cap resmi. Akibatnya, Hatta membalas surat itu dengan nasihat.

"Kalau menulis surat kepada Ayah dan lain-lainnya, janganlah pakai kertas Konsulat Jenderal Indonesia. Surat-surat Gemala kan surat pribadi, bukan surat dinas," kata Hatta.

Menolak Bayar Kuliah Gratisan Hanya karena Privilage

Kejujuran dan kedisiplinan menjadi pondasi hidup tokoh proklamator Indonesia Bung Hatta. Saat duduk sebagai Wakil Presiden RI, ia mewajibkan seluruh stafnya untuk menjunjung tinggi dua nilai tersebut. Hal yang sama juga ia lakukan dalam keluarga.

Anaknya Halida Hatta juga mengalaminya. Peristiwa terjadi saat ia menempuh kuliah di Universitas Indonesia, setiap semester Halida ikut antre di loket kampus membayarkan uang semester sebesar Rp30 ribu.

Seperti dalam buku Faisal Basri, Halida pun diberitahu bahwa ia mendapat keistimewaan karena putri anak perintis kemerdekaan (jadi bukan cuma untuk anak Bung Hatta). Syaratnya ia harus menyertakan surat keterangan dan dibebaskan dari uang semester hingga lulus.

Namun, Privilage itu langsung ditolak Bung Hatta mentah-mentah. Hatta tetap bersikukuh bahwa ia tetap membayar uang kuliah putrinya dari kantong pribadi. Hatta juga berpesan kepada putrinya bahwa ayahnya masih bisa membayar; keistimewaan itu biarlah untuk mereka yang orang tuanya tidak mampu membayar.

Menolak Tawaran Ibadah Haji Gratis

Kisah teladan ini dimulai pada Agustus 1952 tepatnya bulan haji saat itu. Semua orang berbondong-bondong memenuhi pelabuhan untuk naik kapal laut dan juga Bandara Kemayoran. Di tahun yang sama, Hatta juga berniat naik haji. Hal yang paling mengesankan, dia tak mau dibiayai negara. Hatta akan naik haji dengan uang pribadi.

Soal kejujuran Hatta memang jagonya. Jika ada wakil presiden sekaligus perdana menteri yang hidup pas-pasan, cuma Hatta orangnya. Sebagai Muslim yang taat, Hatta berniat menjalankan Rukun Islam. Kendati saat itu mahal sekali. Untuk transportasi udara di tahun 1952, biaya yang dikeluarkan jemaah haji adalah Rp 16.691. Tarif ini dua kali lipat lebih mahal dari tarif kapal laut saat itu, yaitu Rp 7.500. Uang untuk biaya haji didapat Hatta dengan honorarium menulis dan royalti bukunya.

Tawaran naik haji dibiayai pemerintah ditolak mentah-mentah oleh Hatta. Walau begitu, pemerintah lalu meminta Hatta sekalian melakukan beberapa kunjungan resmi di Arab Saudi mewakili Indonesia. Bukan kunjungan politik, hanya untuk jalinan persahabatan saja. Selain itu beberapa petugas juga ditunjuk mendampingi Hatta.

Hidup Sangat Sederhana dan Gemar Menabung

Bung Hatta kecil suka menabung. Uang sakunya yang 1 gonang ( 25 sen ), disimpan untuk membeli buku. Ia pun sangat menyayangi buku-bukunya. Bila temannya meminjam, dan kembali dalam keadaan kotor, atau ada halaman yang terlipat, Hatta akan marah sekali.

Di masa tuanya, Hatta hanya mendapat uang pensiun sebesar Rp 3.000. Jumlah itu terbilang kecil. Hatta pun terengah-engah membayar tagihan listrik rumahnya. Istri Hatta, Rachmi Rahim tak mampu membeli mesin jahit idamannya. Hatta pun hanya bisa menyuruh Rachmi bersabar dan menabung lagi.

Berdasarkan data dari Arsip Nasional RI nilai tunjangan yang diperoleh Bung Hatta ketika itu sangat kecil. Pada 1971, nilai tunjangan pensiunnya hanya Rp25 ribu. Tetapi, pada 1978 nilai tunjangan naik hingga Rp1 juta.

Meutia mengakui meski ayahnya sudah mundur dari jabatan Wakil Presiden, tetapi tamu negara mulai dari duta besar negara asing hingga pejabat silih berganti mengunjungi kediaman ayahnya. Kesibukannya pun tetap membutuhkan biaya. Namun, Bung Hatta memilih hidup berhemat agar tetap bisa bertahan hidup.

"Ibu saya saja terbiasa mencicil kalau membeli barang," kata Meutia.

Pada akhir masa hidupnya pun, Bung Hatta sempat mengalami kesulitan keuangan. Bahkan, ia sudah berpesan kepada anak-anaknya agar buku-buku di perpustakaannya dijual saja. Permintaan itu dengan tegas ditolak Meutia.

"Kami katakan tidak melakukan itu (menjual buku-buku di perpustakaan). Ini merupakan bagian dari identitas ayah, sehingga ini akan tetap kami pelihara," ujarnya

Menabung Lewat Emas Mulai dari 5.000-an

Bicara soal menabung, emas menjadi instrumen menabung dan investasi yang aman untuk penyimpanan nilai jangka panjang. Selain lebih aman, nilai emas juga tidak pernah turun. Pada saat risiko sistemik dan periode inflasi tinggi, emas telah menunjukkan sifatnya sebagai diversifikasi portofolio yang efektif.

Untuk mempermudah skema investasi, saat ini sebenarnya sudah ada emas digital. Sobat Treasury bisa secara langsung mencicil emas mulai dari Rp5.000. Emas Digital adalah cara zaman baru untuk membeli logam mulia tanpa perlu memegang emas secara fisik. Sobat Treasury dapat membelinya dengan nyaman dan mudah secara online, duduk dalam kenyamanan di rumah.

Jangan khawatir dengan legalitas dan keamanan Treasury. Treasury, merupakan pedagang emas fisik digital pertama yang berlisensi BAPPEBTI.  Transaksi digital terjamin aman karena telah terdaftar di KOMINFO dan berpartner dengan ICH untuk menjamin keamanan transaksi pengguna. Treasury Merupakan anggota dari ICDX yang merupakan lembaga kliring serta bursa berjangka. Transaksinya pun aman karena merupakan anggota dari ICDX yang merupakan lembaga kliring serta bursa berjangka yang diawasi oleh BAPPEBTI.

Fitur-fitur lainnya dari Treasury pun nggak kalah menarik. Kamu bisa menumbuhkan asetmu s.d 9% p.a di fitur Panen Emas atau bisa juga menjual sementara emasmu di Jamimas dengan biaya rendah. Beli perhiasan dan koin emas Koin Nusantara pun bisa kamu lakukan di sini! Menarik banget, kan? Yuk investasi emas di Treasury sekarang!