Emas Jadi Instrumen Investasi Aman Ditengah Gejolak Dunia



Situasi pandemi Covid-19 membuat masyarakat mulai mempelajari investasi baik.

Namun kondisi tersebut dimanfaatkan oleh beberapa pihak tidak bertanggung jawab yang menawarkan investasi bodong dengan menjanjikan keuntungan yang berlipat. Akibatnya bukan mendapatkan keuntungan malah kerugian yang dialami oleh investor dan masyarakat tidak sedikit. 

Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Mike Rini Sutikno mengatakan investor yang saat ini didominasi oleh kaum milenial biasanya memilih produk investasi lantaran karena mengikuti tren saja.

Menurutnya investor saat ini tidak didasari kemapanan pengetahuan investasi dan risikonya sehingga mereka terjebak pada investasi bodong.

"Investor muda itu rata-rata mau duitnya sekarang makanya ikut-ikutan trading Itu bagus tapi yang saya khawatir mereka hanya fokus pada produknya jadi apa yang baru itu yang diburu. Mereka bukan didasarkan pada kebutuhan dan pengetahuan atas investasinya," ujar Mike dalam diskusi yang digagas Beritakota.id Kamis (14/4/2022).

Mike mengatakan bahwa profil risiko atas produk investasi itu terbagi dalam tiga kategori yaitu risiko rendah, sedang dan tinggi. Untuk risiko rendah contoh produknya adalah tabungan, deposito, reksadana pasar uang dan emas. 

Kemudian untuk yang risiko sedang yaitu obligasi, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran dan properti. Kemudian risiko tinggi yaitu saham, reksadana saham, forex, P2P Lending dan lainnya.

Dengan beragam risiko itu, investor khususnya investor muda harus memahami profil risiko masing-masing agar tidak terjebak pada tren investasi yang marak dipromosikan namun tidak sesuai dengan profil risiko pribadi. Yang perlu diketahui adalah dalam berinvestasi ada patokan baku yang bisa dijadikan baseline sebelum memutuskan investasi.

"Patokan investasi pertama tidak kurang dari inflasi, investasi bukan cuman untung tapi harus di define, kebutuhan di masa datang dicukupin dari investasi kita, lalu investasi harus hasilkan cashflow," ujarnya.

Mike melanjutkan, agar tidak terjebak investasi bodong menurutnya investor dapat mengecek legalitas entitas di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain itu investor perlu melakukan diversifikasi portofolio investasinya agar ketika terjadi penurunan tidak semuanya tergerus. 

Dia juga menyarankan agar investor dapat terus meningkatkan likuiditasnya terutama untuk memupuk dana darurat.

"Di situasi yang tidak pasti kuncinya berinvestasi adalah long term, dan tujuan yang SMART. Harus utamakan tujuan kebutuhan keuangan yang spesifik supaya kalau ada penawar investasi baru enggak mudah terombang ambing. Jadi fokus pada kebijakan investasi anda," tutupnya.

sumber artikel: wartaekonomi.co.id