Cerita Tersembunyi Di Balik Emas di Tugu Monas yang Sarat Nilai Perjuangan



Presiden Soekarno nampaknya bisa memprediksi bahwa Indonesia yang kala itu baru merdeka membutuhkan simbol yang abadi. Meski saat itu tak punya dana ia nekat membangun Monumen Nasional atau yang kita kenal Monas pada 17 Agustus 1961. Sebelum menggunakan nama Monumen Nasional, bangunan ini memiliki nama awal yaitu Tugu Peringatan Nasional.

Dana yang dibutuhkan saat itu senilai Rp7 Miliar yang nilainya jika kurs dolar saat ini bisa menembus angka Rp266 triliun dengan asumsi 1960-an, satu dolar AS nilainya hanya Rp125. 

Monas didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial. Pembangunan dimulai pada 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Soekarno dan diresmikan hingga dibuka untuk umum pada 12 Juli 1975 oleh Presiden Soeharto.

Monas dibangun pada tahun 1961-1965 dengan pembiayaan dari sumbangan masyarakat. ”Kita membangun Tugu Nasional untuk kebesaran bangsa. Saya harap, seluruh bangsa Indonesia membantu pembangunan Tugu Nasional itu,” seru Bung Karno.

Presiden Soekarno mulai merencanakan pembangunan Monumen Nasional yang setara dengan Menara Eiffel.Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektare. Setelah rancangan disetujui, proses pembangunan Tugu Monas dilaksanakan melalui tiga tahapan. Tahapan pertama pada 1961-1965, tahap kedua 1966-1968, dan tahap ketiga 1969-1976.

Angka 17-8-45 merujuk pada moment kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945. Dalam konteks rancangan monumen itu, susunan angka-angka tersebut diwujudkan dalam rencana pembangunannya: tinggi cawan dari halaman 17 meter, lebar dasar monumen 8 meter, dan lebar halaman cawan 45 meter.

Arsiteknya adalah Frederich Silaban yang juga merancang desain pembangunan Masjid Istiqlal. Frederich juga dibantu arsitek lain yaitu Soedarsono dan Rooseno. Sesuai keinginan Bung Karno, monumen nasional berupa tugu yang tegak berdiri dengan cawan sebagai wadah di bagian bawahnya. Bentuknya disebut Lingga-Yoni, simbol hubungan sakral antara laki-laki dan perempuan sekaligus lambang kesuburan.

Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan. 

Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram, dan pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran emas. Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa.  

Dilansir dari akun Instagram resmi Monumen Nasional, total emas raksasa di puncak monas sebesar 72 kilogram (kg). Jumlah tersebut tidak seutuhnya berada di puncak Monas. Pasalnya hanya 50 kg saja yang terletak pada Lidah Api Kemerdekaan dan 22 kg emas lainnya berada di Ruang Kemerdekaan. Emas tersebut melekat pada pintu gapura kemerdekaan, burung Garuda Pancasila, dan kepulauan Indonesia.

 

Emas Sumbangan dari Saudagar Aceh 

Sebagian besar dari total puluhan kilogram emas yang dipajang di Monas, 28 kg di antaranya adalah sumbangan dari Teuku Markam, salah seorang saudagar Aceh yang pernah menjadi orang terkaya Indonesia. Uang patungan proyek Monas lainnya berasal dari sumbangan wajib pengusaha bioskop dari seluruh pelosok Tanah Air.  

Teuku Markam menggeluti dunia usaha dengan sejumlah aset berupa kapal dan beberapa dok kapal. Bisnis Teuku Markam mengimpor mobil Toyota Hardtop dari Jepang, besi beton, plat baja dan mengimpor senjata.      

Di zaman Orba, karyanya yang terbilang monumental adalah pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa Barat. Jalan Medan-Banda Aceh, Bireuen-Takengon, Meulaboh, Tapaktuan dan lain-lain adalah karya lain dari Teuku Markam yang didanai oleh Bank Dunia. Sampai sekarang pun, jalan-jalan itu tetap awet. Teuku Markam pernah memiliki sejumlah kapal, dok kapal di Jakarta, Makassar, Medan, Palembang. Ia pun tercatat sebagai eksportir pertama mobil Toyota Hardtop dari Jepang. Usaha lain adalah mengimpor plat baja, besi beton sampai senjata untuk militer.

Peran Markam menjadi runtuh seiring dengan berkuasanya pemerintahan Soeharto. Ia ditahan selama delapan tahun dengan tuduhan terlibat PKI. Harta kekayaannya diambil alih begitu saja oleh Rezim Orba. Pernah mencoba bangkit sekeluar dari penjara, tapi tidak sempat bertahan lama. Tahun 1985 ia meninggal dunia. Aktivitas bisnisnya ditekan habis-habisan.  

 

Fasilitas Apa saja yang Ada di dalam Monas? 

Bangunan ikonik yang menjulang tinggi ini memiliki fasilitas dan tempat berekreasi yang seru. Pada tiap sudut halaman luar yang mengelilingi monumen ini terdapat relief yang menggambarkan sejarah Indonesia.

Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan Nusantara pada masa lampau, yakni menampilkan sejarah Singasari dan Majapahit. Selain keindahan relief tersebut, ada banyak hal menarik lain yang bisa ditemukan di Monas.

 Di bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah, terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang.

Ruangan besar berlapis marmer ini terdapat 48 diorama pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi total 51 diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah hingga masa Orde Baru. Diorama tersebut dimulai dari sudut timur laut bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia yang dimulai dari masa pra-sejarah hingga era kemerdekaan. 

Di bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater. Ruangan ini menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia, seperti naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis emas. Ada juga peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia berlapis emas

Pelataran puncak terletak di bagian paling atas Tugu Monas. Di pelataran puncak tugu ini terletak pada ketinggian 115 meter dari halaman tugu, dan memiliki ukuran 11x11 meter. Area ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat.  

 

Investasi Emas Mulai 5000-an

Jika makna lapisan emas pada bagian atas Tugu Monas yang melambangkan semangat perjuangan rakyat Indonesia, sobat Treasury juga bisa memiliki emas untuk investasi. Sobat Treasury bisa membeli emas dengan cukup mudah dan murah lho!. Kamu juga bisa membelinya secara online melalui aplikasi smartphone. Treasury menjadi platform yang tepat bagimu untuk investasi emas. Harga logam mulia yang ditawarkan sangat terjangkau, mulai dari Rp5 ribu. 

Jangan khawatir dengan legalitas dan keamanan Treasury. Treasury, merupakan pedagang emas fisik digital pertama yang berlisensi BAPPEBTI.  Transaksi digital terjamin aman karena telah terdaftar di KOMINFO dan berpartner dengan ICH untuk menjamin keamanan transaksi pengguna. Treasury Merupakan anggota dari ICDX yang merupakan lembaga kliring serta bursa berjangka. Transaksinya pun aman karena merupakan anggota dari ICDX yang merupakan lembaga kliring serta bursa berjangka yang diawasi oleh BAPPEBTI. Fitur-fitur lainnya dari Treasury pun nggak kalah menarik. Kamu bisa menumbuhkan asetmu s.d 9% p.a di fitur Panen Emas atau bisa juga menjual sementara emasmu di Jamimas dengan biaya rendah. Beli perhiasan dan koin emas Koin Nusantara pun bisa kamu lakukan di sini! Menarik banget, kan? Yuk investasi emas di Treasury sekarang!