Awas Bahaya `Uang Modern`



Dulu, orang-orang bertransaksi dengan barter atau bertukar barang. Misalnya, beras ditukar dengan sekilo telur ayam. Seiring berjalannya waktu, uang diciptakan untuk “pengganti” sistem barter untuk mempermudah transaksi jual beli. Uang ini beragam bentuknya. Ada yang berbentuk kertas dan logam. Kini, uang ini juga punya “wujud” lain, yaitu kartu pembayaran seperti debit dan kredit. Penulis buku “Tetap Kaya di Masa Sulit”, Agnes Liem, dan Frans M. Royan, menyebut kartu pembayaran sebagai “uang modern”.

Keberadaan kartu pembayaran, terutama kartu kredit, ini memang mempermudah penggunanya untuk bertransaksi. Tidak perlu membawa uang terlalu banyak untuk membayar suatu barang, jasa, atau tagihan. “Uang bagi orang modern akhirnya menjadi segala-galanya,” tulis Liem dan Royan.

Akan tetapi, kalau penggunaannya tidak diatur, penggunanya akan jatuh ke dalam krisis keuangan. Misalnya, saldo cepat menguap karena sering gesek kartu untuk berbelanja. Atau si pemegang kartu dikejar-kejar debt collector karena tidak kunjung membayar tagihan yang melilitnya. “Konsep uang yang semula adalah memperlancar adanya transaksi kebutuhan manusia, malah menjadikan manusia itu sengsara,” tulis mereka.

Memang, kartu kredit ini ibarat pedang bermata dua. Ada sisi plus dan minusnya. Sisi baiknya, kamu bisa membeli barang tanpa harus mengeluarkan banyak uang di muka, seperti membeli kulkas. Sembari memakai kulkas di rumah, Sobat Treasury juga mencicil angsurannya. Tentu ini akan meringankan beban keuangan yang dimiliki. Akan tetapi, kalau keseringan membeli barang dengan kartu kredit alias ngutang, kamu akan kewalahan melunasi cicilan, terutama jika bunganya yang tinggi.

Bicara tentang kartu kredit, ada tiga penggunaan kartu kredit yang dianggap paling boros. Pertama, membeli makanan dan minuman. Kebiasaan menggesek kartu kredit untuk beli makan dan minum tak jarang membuat tagihanmu membengkak, apalagi kalau makan dan minum di restoran mewah.

Yang kedua, membeli barang elektronik. Ada kalanya tren FOMO (Fear of Missing Out) dan YOLO (You Only Live Once) mempengaruhi kebiasaan berbelanja. Misalnya, ada suatu brand smartphone yang “punya nama” yang merilis merek barunya…dan boom di pasar. Karena tidak mau ketinggalan, Sobat Treasury membelinya dengan kartu kredit karena harganya melampui gaji.

Ketiga, fesyen. Tak sedikit anak muda yang membeli beragam produk fesyen untuk OOTD (Outfit of The Day), seperti baju, tas, sepatu, dan produk fesyen lainnya. Ketika keuangan sedang terjepit, kartu pembayaran ini sering dijadikan jalan pintasnya, apalagi diskon belanja pakaian yang menggiurkan plus model fesyen yang lucu-lucu. Bisa-bisa langsung membelinya tanpa berpikir terlebih dahulu.

 

Lalu, Harus Bagaimana?

Ada beberapa cara yang bisa Sobat Treasury ikuti agar tidak kelepasan ketika memakai kartu kredit.  Pertama, kamu bisa menghindari denda jatuh tempo. Salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh para pengguna kartu kredit adalah cuek terhadap jatuh tempo pembayaran. Padahal, kalau telat membayar, akan ada denda yang diberikan. Sebisa mungkin kamu menghindari membayar tagihan melewati tanggal jatuh tempo agar tidak dikenakan denda.

Kedua, menyiapkan pembayaran otomatis. Untuk menghindari credit score kamu buruk, sebaiknya membiasakan diri untuk membayar tagihan setiap bulan. Jangan lupa menggunakan pembayaran otomatis sebelum tanggal jatuh tempo. Sobat Treasury memastikan saldo cukup sebelum pembayaran dijadwalkan. Kalau tidak, kamu akan dikenai denda karena telat bayar.

Ketiga, memanfaatkan diskon-diskon kartu untuk belanja kebutuhan pokok. Kini, banyak supermarket atau minimarket yang menawarkan promo-promo dengan kartu kredit. Biasanya, ada diskon 10 persen untuk setiap pembayaran dengan kartu kredit.

Keempat, memantau setiap pembelian. Ketika membeli barang dengan kartu ini, jangan lupa mengecek pembeliannya setiap bulan. Kamu bisa mengeceknya melalui aplikasi seluler atau situsnya.

Kelima, membuat anggaran. Ke depannya, agar penggunaan kartu kredit tidak boros, ada baiknya membuat anggaran pengeluaran. Misalnya, 50 persen untuk kebutuhan sehari-hari, 30 persen senang-senang, dan 20 persen lainnya untuk bayar hutang dan tabungan. Untuk tabungan, kamu bisa memilih emas karena logam kuning ini punya banyak kelebihan. Misalnya, tahan inflasi dan sangat mudah untuk dijual, apalagi ketika kamu sedang butuh dana mendesak.

Membeli emas pun sekarang nggak pakai ribet. Kamu bisa membelinya secara online melalui aplikasi Treasury. Aplikasi ini menawarkan emas dengan harga terjangkau, mulai dari Rp5 ribu. Lebih murah daripada segelas es boba milk tea, kan!

 

Banyak keuntungan yang kamu dapatkan investasi emas di Treasury.

Jaminan kepemilikan Logam Mulia di UBS (PT Untung Bersama Sejahtera), sesuai dengan gramasi emas yang Kamu miliki di aplikasi Treasury. Kamu bisa mencetaknya menjadi Logam Mulia (emas fisik) mulai dari 0,1 gram, kapanpun kamu membutuhkan, atau mencairkannya menjadi uang tunai hanya dalam 2x24 jam. Lebih dari itu, kamu juga bisa mewariskan investasi emas, membuat rencana masa dengan fitur Rencana Emas, transfer emas, serta membeli berbagai koleksi perhiasan terbaru dari UBS Lifestyle. Makanya, download aplikasi Treasury sekarang!

#AmanPakaiTreasury #DiTreasuryAja