Asal Usul Dinar dan Dirham serta Jejaknya hingga ke Nusantara



Ketika mendengar nama Dinar dan Dirham, yang terbesit dalam pikiran Sobat Treasury pasti adalah mata uang Islam atau mata uang bangsa Arab. Namun ternyata sejarah asli Dinar dan Dirham bukanlah berasal dari budaya bangsa Arab atau Islam. Lalu bagaimana asal usulnya? 

Sebenarnya penggunaan emas dan perak sebagai alat bertranskasi sudah dilakukan jauh sebelum itu. Bahkan, penggunaan emas dan perak sebagai mata uang disebut-sebut telah berusia lebih dari 3.000 tahun. Bangsa Lydia pada periode 570 – 546 SM telah menggunakan emas dan perak sebagai alat bertransaksi. Bangsa Yahudi dan Yunani kemudian mengikuti jejak bangsa Lydia. Bangsa Lydia adalah kelompok etnis yang menghuni daerah Lydia, sebuah wilayah di barat Anatolia (sekarang Turki).

Lalu seiring berjalannya waktu, penggunaan emas sebagai material mata uang atau alat tukar lebih sering digunakan ke wilayah barat Lydia, khususnya era kerajaan Romawi. Sedangkan penggunaan material perak lebih condong digunakan bangsa Persia yang berada di wilayah selatan Lydia yang kala itu menjadi penguasa Timur Tengah.

Oleh karena itu Dinar dan Dirham sejatinya berasal dari mata uang yang berlaku di masa Romawi dan Persia. Mata uang dua negara adidaya itu kemudian diadopsi Bangsa Arab. Kata Dinar bukan merupakan kata yang memiliki akar pertama di dalam bahasa Arab. Dinar berasal dari kata dalam bahasa Latin, denarius (tunggal, singular) dan dinarii adalah bentuk jamaknya (plural). Dinar ini mata uang Kerajaan Romawi Timur (Byzantine) namun bukan satu-satunya jenis mata uang yang dipakai di kerajaan ini. Sementara Dirham yang memiliki akar kata dalam bahasa Yunani Kuno "drekhme" ini adalah mata uang perak yang dipakai sebagai mata uang pada zaman Persia pra-Islam.

Lalu munculnya kehadiran Nabi Muhammad Rasulullah dengan ajaran agama Islam membuat bangsa Arab berkembang pesat. Ekspansi yang dilakukan Islam ke wilayah kerajaan Romawi dan kerajaan Persia menyebabkan perputaran Dinar dan Dirham meningkat. Dan ketika Nabi Muhammad datang ke Mekkah, maka beliau tetap menyetujui pemakaian Dinar dan Dirham sebagai alat tukar pada masa beliau.

Nabi Muhammad juga membuat standar tiga jenis Dirham yang beredar kala itu menjadi satu jenis Dirham, yakni Dirham 14 qirat. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, satu ekor kambing dihargai dengan satu dinar atau setara Rp2,2 juta. Harga itu hingga saat ini kurang lebih masih sama. Dalam proses penimbangan bobot dinar dan dirham sendiri, Nabi Muhammad SAW dibantu oleh seorang sahabatnya, yakni Arqam bin Abi Arqam. Dia adalah seorang ahli menempa emas dan perak saat itu. 

Bahkan, pada masa pemerintahan Imam Ali, Dinar dan Dirham merupakan satu-satunya mata uang yang digunakan karena dinilai memiliki nilai yang tetap sehingga tidak terjadi masalah atau kendala dalam proses perputaran uang tersebut. Akhirnya pemerintahan Islam pertama kali memiliki Dinar ketika masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan. Tepatnya, sekitar 50 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Saat itu, bobot atau berat Dinar di era pemerintahan Abdul Malik bin Marwan mengacu pada solidus, yakni mata uang Romawi Byzantium yang lazim beredar kala itu.


Penyebaran Dinar dan Dirham di Dunia hingga ke Nusantara

Ketika pemerintahan Islam di Arab telah memiliki mata uang Dinar dan Dirham, saat itu Islam adalah kerajaan yang disegani dan pada masa kejayaan. Oleh karena itu, seiring dengan meluasnya kekuasaan Islam, ekspansi pun dilakukan ke wilayah kekaisaran Persia, seperti Irak, Iran, Bahrain, dan Transoxania. Selain itu, menyebar juga ke kekaisaran Romawi, seperti Syam, Mesir, dan Andalusia, yang menyebabkan perputaran mata uang itu semakin meningkat.

Perputaran dan penyebaran mata uang Dinar dan Dirham ternyata tak berhenti di wilayah yang dikuasai oleh pemerintahan Islam. Namun juga dibawa oleh para pedagang dan ahli kitab yang menyiarkan agama ke timur jauh dari jazirah Arab.

Dan pada akhirnya Dinar dan Dirham masuk ke wilayah Nusantara yang saat itu banyak dikuasai oleh kerajaan Hindu. Pada abad ke-9 hingga 10 Masehi, banyak pedagang dari Arab, India, dan China datang ke Nusantara, khususnya di Sumatera dan Jawa. Kemudian koin emas sebagai mata uang banyak dipakai pada saat itu. Namun waktu itu jumlahnya masih sangat terbatas karena nilainya yang sangat tinggi.

Menurut riset dari buku "Fakta Mengejutkan Majapahit Kerajaan Islam" karya Herman Sinung Janutama. Menurut dalam buku tersebut menyebutkan kalau koin emas sudah digunakan 200 tahun sebelum kerajaan Majapahit. Namun uniknya, dalam buku karya Herman mengungkapkan pada koin emas era Majapahit ada yang bertuliskan potongan kalimat syahadat "Laa Ilaaha Illallaahu" dan "Muhammadar Rasuulullah". Sehingga ada indikasi koin emas dinar yang ada di Nusantara dan digunakan karena datangnya para pedagang dari bangsa Arab.

Menurut buku karya Herman, juga menjelaskan bahwa Majapahit tidak memproduksi koin emas tersebut, dan hanya meneruskan sebagai pengguna. Selain itu Herman menyebut, mata uang Majapahit waktu itu ada dinar dengan 4,4 gram 24 karat. Artinya, mata uang Majapahit tetap menggunakan standar dinar internasional.

Setelah kerajaan Majapahit dan kerajaan Hindu lainnya runtuh di Nusantara, lahirlah kerajaan-kerajaan Islam. Salah satunya adalah Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan yang terletak di ujung Pulau Sumatera ini mempunyai mata uang yang dinamakan Dirham yang pertama dikeluarkan oleh Sultan Malik Al Zahir tahun 1297 hingga 1326 dan didominasi oleh tulisan arab dengan nama Malik al Zahir dan Sultan al Adul di sisi yang lain. Namun, koin dirham kala itu terbuat dari kandungan emas.


Pengguna Dinar dan Dirham Saat Ini

Di era modern, Dinar dan Dirham tak lagi berstandar logam mulia. Namun dianggap sebagai fiat money alias mata uang keluaran pemerintah yang tidak didukung oleh komoditas fisik, seperti emas atau perak. dinar adalah nama satuan moneter yang hingga saat ini masih digunakan di beberapa negara Arab seperti Tunisia, Aljazair, Irak, Yordania, Kuwait, Bahrain, dan Libya. Bahkan negara seperti Serbia dan Makedonia menggunakan nama Dinar untuk mata uang mereka.

Irak sendiri menjadi negara Arab modern pertama yang menjadikan Dinar sebagai mata uang resminya. Satu Dinar Irak dibagi menjadi 20 dirham. Bank Sentral Irak memiliki otoritas tunggal untuk mengeluarkan uang kertas dan koin di Irak. Uang kertas dikeluarkan dalam denominasi mulai dari 250 hingga 50.000 Dinar.

Dinar Kuwait disebut-sebut sebagai mata uang tertinggi di dunia. Nilai tukar satu dinar ini sama dengan Rp49.073 (per hari Senin (17/07/2023), tentunya angka ini lebih tinggi dari nilai tukar ke dolar AS atau bahkan poundsterling. Tingginya nilai tukar dinar Kuwait salah satunya karena negara tersebut menggunakan standar nilai tukar tetap. Singkatnya, dalam aturan moneter dunia, suatu negara bisa menetapkan tiga jenis rezim nilai tukar mata uang yakni mengambang (floating), tetap (flat), dan campuran di antara keduanya.

Tingginya nilai mata uang Kuwait lebih karena negara tersebutlah yang menetapkan nilai tukarnya sendiri. Namun selalu ada beberapa pertimbangan untung rugi ketika menetapkan nilai tukar mata uangnya sendiri terhadap mata uang asing. Kekuatan mata uang suatu negara tidak selalu mencerminkan kekuatan ekonomi negara tersebut. Berbeda dengan pound sterling yang nilai mata uangnya perkasa dan juga didukung ekonomi yang kuat dari negara penerbitnya.

Kuwait selama ini berani menetapkan tinggi mata uang dinar miliknya karena lebih dari 80 persen pendapatannya berasal dari ekspor minyak dan gas. Nilai tukar yang bersifat stabil terhadap mata uang dunia seperti dollar dan euro memungkinkan pemerintah Kuwait lewat KIA, bisa terus menimbun keuntungan besar dari penjualan minyaknya untuk kemudian digelontorkan sebagai investasi ke berbagai negara tanpa perlu khawatir dengan fluktuasi nilai tukar.


Keuntungan Investasi Dinar

Sobat Treasury, kelebihan emas dinar memiliki keuntungan untuk investasi. Salah satunya memiliki desain yang unik sehingga cocok untuk koleksi. Dinar juga memiliki nilai standar, yakni tiap kepingnya setara dengan emas 22 karat dan berat 4.25 gram. Harganya juga cenderung naik apalagi harga jual dinar di kalangan investor dan kolektor dinar cenderung tinggi.

Selisih buyback dinar tidak berbeda jauh dengan emas batangan. Dapat diperjual belikan secara global karena beberapa negara masih menggunakan dinar dan dirham sebagai alat tukar, misalnya Kuwait, Bahrain, Irak, dan sebagainya. Investasi dinar coin tak kalah menjanjikan dibanding emas batangan karena nilainya sama dengan kurs emas dan memiliki desain yang cantik.


Koin Emas Nusantara

All-dinar-produk

free online image hosting

Meski bukan dijadikan sebagai alat transaksi, Dinar atau yang lebih familiar disebut koin emas di Tanah Air, kini sudah bisa dengan mudah didapatkan. Bahkan, sudah banyak perusahaan di Indonesia yang memproduksi Dinar. Sobat Treasury, salah satu yang memproduksi Dinar adalah Treasury, lewat produk andalan Koin Nusantara. Koin Nusantara edisi Dinar memiliki elemen desain yang  terinspirasi dari keunikan masjid yang menjadi ciri khas lokal area nusantara & kekayaan warisan motif kain di Indonesia.

Koin Nusantara edisi Dinar milik Treasury adalah koin emas dengan kandungan emas 24 karat dengan kemurnian 99.99 persen yang diproduksi secara eksklusif oleh PT Untung Bersama Sejahtera untuk Treasury. Elemen desain pada Koin Nusantara terinspirasi dari kekayaan warisan budaya Indonesia.

Koin Nusantara edisi Dinar tersedia dalam empat karya, yaitu Koin Nusantara edisi 1 dinar Padang (4,4 gram), 1/2 dinar Lombok (2,2 gram), ¼ Dinar Aceh (1,1 gram), ⅛ dinar Makassar (0,55 gram), 1/16 dinar Surabaya (0,275 gram).

Ada juga Koin Nusantara edisi Kusuma Indonesia yang mengambil nilai nilai dan filosofi dari bunga khas nusantara. Koin Nusantara edisi Kusuma Indonesia tersedia dalam dua karya, yaitu edisi puspa pesona (0,2 gram) dan puspa bangsa (0,1 gram).

Selain itu ada Koin Nusantara edisi Puspa Pesona yang terinspirasi dari kekayaan flora Indonesia dengan mengusung kecantikkan salah satu bunga nasional, anggrek bulan putih. Puspa Pesona merepresentasikan penghormatan dan keanggunan.

Koin Nusantara juga dilengkapi sertifikat resmi yang akan diterbitkan oleh PT Untung Bersama Sejahtera selaku produsen bersama dengan Treasury sebagai jaminan keaslian bagi para Pengguna Treasury dan sudah terdaftar di BAPPEBTI sehingga legalitas dan keamanannya terjamin. Menarik kan?

Sobat  Treasury dapat melakukan pembelian Koin Nusantara secara langsung melalui website treasury.id atau dengan mencetak Koin Nusantara dengan simpanan Emas yang dimiliki Pengguna dalam Apps Treasury.